Thursday, May 5, 2011

Anjeeenk...

by Erick Monk Ozta on Tuesday, August 24, 2010 at 1:18pm

            Bagi sebagian orang.. kata Anjing itu satu hinaan.. atau dianggap kurang sopan. Tapi di Medan, itu bahasa gaul kami, dari dulu lagi. Bukan hanya anjing, bahkan "Kimak" yg asalnya dari kata "Pukimak" yg artinya jelek sekali. Tapi bukan itu yg mau ku uraikan disini.

          Kata kata tertentu sering dianggap sebagai ungkapan yg bersifat kekaguman atau pujian. Padahal kata kata aslinya, itu bermakna sangat buruk dan jelek, kurang sopan dan bahkan itu satu " Makian".

           Memaki yg sebenarnya, nggak harus mempergunakan kata kata mutiara seperti "Anjing ", " Kimak " dari kata " Pukimak " ( Son of a bitch) , gila dan sebagainya. Dan semua itu tergantung niatnya. Kalau niatnya nggak baik, kata kata yg sangat sopan, tapi di ucapkan dengan ekspresi dan tonasi yg menjijikkan, maka hasilnya akan jauh lebih buruk, dibanding kata kata Anjing yg penuh dengan nada kemesraan.

           Sering... dan biasa.. di Medan saling menyapa " Kimaklah kau.. kemana aja kau njing ? ", itu satu ungkapan kerinduan yg kedengarannya manis.artinya...kawan kita itu rindu...ada juga... sewaktu kita bercanda...tiba tiba teringat pengalaman lucu bersama kawan kawan dan ada yg nyeletuk.... " hahahahahaha kau memang anjing kau... hahahahaha " dan itu berbunyi manis sekali...

     Ada juga temen di Pekalongan yg sering memakai kata " Celeng " ( Celeng: Wild boar) yg artinya Babi Hutan... jelek memang... tapi itu jadi ungkapan yg mesra bagi mereka. Dan sering dipakai sebagai bentuk sapaan keakraban diantara satu dan yg lain. Dan kami tidak memaksakan org lain untuk suka itu.

      Di Jogja ada kosa kata yg berbunyi " Wah jan Asu asunan tenan " . Konotasinya tidak selalu jelek memang...kalau bicara soal Asu atau anjing. Atau bahkan kata " Bajingan " ... itu asal katanya sebuah Makian keras, tapi teradaptasi sebagai kata kata sanjungan, keakraban dan kekaguman.

      Contohnya " wah mau aku kepetuk Ngatini Anyar, wah jan Bajingan ... Ayu tenan... asuuuuuuuuuu..... " itu satu ungkapan kekaguman. Bukan cacian. Bukan satu makian. tapi kekaguman. Contoh lain : " Aku mau Nonton konsere Indra Lesmana, wah maine jan asu tenan "... bukan berarti Indra Lesmana itu Anjing, tapi itu satu bentuk kekaguman, bahwa Indra Lesmana mainnya Bagus Sekali. Ada contoh lain " Weh lha jan asu tenan, lha kowe ki neng ndi to saiki ? " artinya ...."  anjing... emang lu sekarang dimana ? " itu satu ungkapan kerinduan....

      Dan ternyata di setiap daerah ada idiolek idiolek semacam ini, yg pada mulanya sebuah kata makian, kata yg kotor, tapi setelah beranalogi dengan canda dan beradaptasi dalam beberapa situasi yg semakin berkembang... maka ianya bukan lagi satu makian, tapi satu bentuk Kosa Kata yg lain, yg artinya jauh lebih manis dari kata asalnya.

      Di negara barat fenomena seperti ini juga berlaku. Yg bermula dikalangan Black Community (komunitas org kulit hitam), yg berkembang menjadi trend di dunia mereka dan menjadi sapaan yg biasa dalam setiap moment pergaulan mereka. Bahkan sering kita totnoton di Film film barat, dan melontarkan Vulgar Words itu sudah menjadi sebagian dari kehidupan sehari haari mereka.

     Dan sering, kata yg asalnya manis, juga bisa menjadi makian yg keras, bila di sertai dengan ekspresi dan tekanan tertentu dalam mengucapkannya.Apalagi dengan lirikan dan cebisan sinis dan menjurus ke sarkasme yg pedas.Tapi, itulah bahasa. Setiap saat selalu berkembang. Beranalogi dengan zaman dan pemakainya. Sehingga timbul Bahasa Gaul, yg sampai sekarang, belum ada yg mengupasnya.

     Pada kesempatan berikutnya, mungkin kita saling membahas BAHASA GAUL, dan juga akan saya ungkapkan beberapa bahasa yg aneh tapi itu wujud.

        Kembali ke      AAAnnnnn ... Jeeenkkkk....

        
               Bentuk Sosio Budaya Anjeenk dan Manusia memang berbeda....nggak jauh sebetulnya...ada kesamaannya, bahkan. Tapi golongan Anjeenk juga yg ikut menaikkan harkat dan derajat manusia. Karena Anjeenk sudah dicap oleh sebagian orang sebagai makhluk yg menjijikkan, dan celeng demikian juga. Tapi justru karena Anjeenklah harkat manusia terdongkrak...dengan adanya Anjeenk... kita nampak lebih glamour, lebih beradab dan lebih terhormat.

     Bentuk Sosio Budaya Anjeenk memang lain. Kehebatannya, kalau anjeenk keluar rumah nggak pakai celana... nggak bakalan ada orang yg marah...kalau itu dilakukan seorang manusia yg waras...pergi keluar rumah , jalan jalan ke Mall dan nggak pakai celana, mungkin heboh ya........ tapi itu Anjeenk....jadi ya sah sah aja...lha wong anjeenk kan gak punya malu, nggak punya norma, nggak punya aturan, nggak punya birokrasi dan segala tetek bengek yg dimiliki Manusia yg beradab dan berbudaya tinggi itu tadi ( apa iya demikian ? ) ....

        Walaupun banyak juga kesamaannya, misalnya, manusia dalam melakukan sesuatu pasti ada urusan protokolernya, baik itu berupa Izin, lisensi, sertifikat dan lain lain. Yg kesemuanya itu dirangkum dalam bentuk regulasi atau undang undang dan peraturan. Makanya, banyak sekali Perda, perpres, per ..tetek bengek, yg sebetulnya membatasi ruang gerak Manusia yg membedakannya dengan Anjeenk tadi. Dan juga ada salah satunya yg disebut sebagai " Norma ", bukan mbak Norma, janda yg berjualan di warung Pojok itu tentunya.

       Meski disana sini masih banyak yg berkelakuan seperti Anjeenk. Dengan kedok yg sangat terhormat dan penuh dengan protokoler yg Birokrasinya memang sudah diatur sedemikian rupa sehingga, walaupun pada dasarnya kelakuan dia sama dengan Anjeenk, tapi protokoler dan birokrasinya serta tertolong harkatnya sebgai manusia yg membedakan dia dengan Anjeenk.

       Dan celakanya, mereka mereka itu orang orang yg justru punya embel embel " Terhormat ", bahkan punya titel yg berderet di belakang namanya, bahkan jabatan tinggi, yg kalau disebut mampu mendirikan bulu roma setiap rakyat kecil seperti aku.

         Lha iya... lha wong Anjeenk kan tidak kenal birokrasi.... jawaban mereka... oh iya... saya kan sudah ikut prosedur, yg sebetulnya, setiap prosedur itu kadang disederhanakan dengan kong kalikong cara Anjeenk juga. Tapi jelas... mereka nggak mau di bilang Anjeenk, karena mereka harkatnya jauh lebih tinggi dari itu. ( secara tersurat ).....

        Karena hinanya si Anjeenk tadi, sering ada Sign Board untuk melarang sesuatu perbuatan yg kurang bagus. Contohnya " Dilarang Kencing disini, kecuali Anjing "....,  " Dilarang Buang sampah disini, kecuali Anjing " ... lha apa Anjeenk itu pernah buang sampah ?.... nah Sosio budaya Anjeenk itu tadilah yg memberinya Lisensi untuk kencing sesuka hati dimanapun dia berada. Nah kalau Manusia mau kencing sembarangan juga bisa sih... kalau udah kebelet...ya kencing aja dibawah pohon, di tepi tembok, atau dimana mana yg agak gelap.

         Oleh karena itulah, Sign Board tadi wujud. Cuma... kadang manusia yg kencing sembarangan, lupa satu perkara... kadang mereka lupa Disiplin Anjing, bahwa kalau mau kencing sembarangan, ya syaratnya : harus angkat satu kaki... biar sah, menurut sosio budasya Anjeenk.

         Sebetulnya, ditempat lain juga harus ditulisi seperti itu, misalnya, "Dilarang Korupsi, kecuali Anjing ", atau " Harap Antri, kecuali anjing ".... dan banyak lagi Sign Board yg bisa dibuat seperti itu.

KEMBALI  KE ... AN... JEEEENK....

" Budaya Anjing Para Wakil Rakyat "

                 Baru baru ini, terjadi berbagai bencana yg waktunya hampir bersamaan di Tanah Air kita yg tercinta ini. Di Irian Jaya eh... Papua, terjadi banjir bandang. Di Mentawai Sumatera Barat, terjadi Tsunami dan di perbatasan Jogjakarta dan Jawa Tengah, Gunung Merapi sedang batuk batuk dan mengeluarkan dahaknya, dari abu panas hingga kerikil.

                Dan kesemuanya itu banyak menelan korban jiwa, harta dan benda.Terlepas dari semua co incident yg sering dihubungkan dengan segala hal hal yg mistis, bagiku, itu semua adalah kehendak alam, dan kehendak Yg Mengatur Alam ini.

               Tapi... dalam keadaan yg seperti itu, dimana kita dituntut untuk lebih prihatin dan ikut berdo'a, berusaha membantu dan memberikan pertolongan,... segolongan orang orang terhormat , yg seharusnya mereka yg bergelar Wakil Rakyat itu lebih perduli akan nasib rakyat yg dibelanya, ... eeehhh.... malah pergi jalan jalan ke luar negeri ( baca : Study Banding ).. yg menurut mereka, itu penting... untuik nantinya, dari hasil Study Banding itu, terlahir gagasan gagasan yg cemerlang, yg akan sangat berguna untuk kesejahteraan rakyat.

                Mulia sekali kedengarannya. Indah sekali kedengarannya. Begitu hebat tingkat kepedulian mereka terhadap rakyat yg mereka wakili. 

             Si Polan, temen saya dari Medan bilang, " Macam betuuuuullll ajaaaa orang ini bah  ". Ya macam betul aja...sementara di Dalam Negeri banyak bencana, mereka jalan jalan ke Luar Negeri. Nah Budaya Anjing seperti ini masih sering terjadi di Negeri kita yg tercinta ini.

             Study Banding ke Itali, ke Belanda, ke Australia dan lain lain. Celakanya... saya ulangi, celakanya....nggak satupun dari mereka yg becus Berbahasa Inggris, Bahasa Itali, Maupun Bahasa Belanda...sampai disana, taunya Manggut manggut, seolah mengerti.  Padahal....apapun nggak ngerti. Dan kalau mereka Pulang dari Jalan Jalan ke Luar Negeri itu, lalu mereka menyusun Laporan Kunjungan Kerja ? ...

             wah kalau itu sih ,... saya nggak tau pak...kata salah satu sopir mereka. Dan kadang , ( Bahkan sering dan selalunya begitu ).. tujuan mereka Study Banding ke Luar Negeri itu nggak mutu.... Study banding, yg sebetulnya, ... maaf cakap... kalau mau duduk di Warnet 1 jam aja ( anggota DPR duduk di Warnet ? gengsi donk )....mereka akan mendapat semua info yg mereka perlukan, tanpa harus mengmabur hamburkan uang rakyat untuk jalan jalan yg nggak berfaedah sama sekali.... ironis memang...

                 Nah itulah salah satu Budaya Anjing yg berkembang cukup subur diantara org org terhormat yg bergelar Wakil Rakyat. Sekelompok orang orang Pandai ( tuiih... ) yg tugas utamanya adalah mewakili suara rakyatnya, agar nasib rakyatnya terbela. Muluk sekali kedengarannya.  yup... Mulia sekali bunyinya...Yg nggak jelasnya, ... Rakyat mana yg mereka wakili ?... nah loh ?.... Rakyat Indonesia ?... ermmm... sepertinya nggak dech... kata keponakannku yg masih SMP.... jadi mewakili siapa ?... hayo.... ? 

             Tanyalah diri anda masing masing, sebagai rakyat jelata Indonesia,... siapakah yg mewakili diri anda di DPR, siapakah yg mewakili kawasan anda di Parlemen ? ... kalau bisa menjawab dengan tepat... anda hebat sekali.....loooooh.... kok gitu bang ? ... lha iya...orang kita sendiri nggak tau dan nggak pasti siapa yg mewakili kita di DPR. ... iya kan ?   coba fikir.... ini sistim Perwalian dan Perwakilan Bodong bodongan....lha apa nggak ?  yg mereka wakili siapa juga nggak jelas....

             Nah... kalau yg mereka wakili siapa dan kawasan atau daerah mana juga nggak jelas... terus.. pertanggungan jawabnya kesiapa ?.. mereka harus mempertanggung Jawabkan semua kerjanya itu sama siapa ?...ya... kalau di Negara lain jelas sekali....rapot seorang Wakil Rakyat itu akan dilihat dari "maju mundurnya"  Daerah dan Kawasan yg mereka Wakili. Walau sekecil apapun kawasan itu. Dari segi Ekonomi, Sosio Budaya, Keamanan, kesejahteraan, keadilan dan lain lain.

            Indonesia ?... ya itu tadi... mereka nggak harus mempertanggung jawabkan ke siapa siapa... lha wong nggak jelas kok... iya to ?...makanya.....enak sekali jadi wakil rakyat itu.  Mereka bilang... ini  Politik Bung...lha Politik itu apa ?.... lha kalau orang seperti saya... yg cuma lulusan sekolah Rendah di kampung Hulu Bendul... lha apa saya itu ngerti soal Politik ? ...jangan salahkan saya mas... kalau saya jadi Golput... lha mau milih siapa ? .. iya to ?

             Sebagian mereka bilang... saya akan mempertanggung Jawabkan semua kerja saya Ke Partai yg mencalonkan saya . ... Partai ? .. nah loooh... Partai itu siapa ? dan apa Hubungan si Partai itu dengan Rakyat ? nggak ada... selain kalau waktu Kampanye mau Pemilihan... mereka bagi bagi kaos, nasi bungkus dan 15 rebu perak untuk ongkos angkot atau bis. ya cuma itu.  Jadi... rakyatnya itu nggak pernah terlibat.  ... iya kan ?... 

              Naaaahhhh... kalau mereka mempertanggung Jawabkan segala kerja mereka ke Partai.... ya... seharusnya, diganti saja nama Lembaga Negara itu,... dari Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR)... menjadi Dewan Perwakilan Partai ( DPP )... mungkin itu akan lebih jelas urusannya. ...Naaahhh .. kalau gitu... Partai itu berbuat apa untuk rakyat ? apa sumbangan Partai ke Rakyat ? ... tepuk dada ... tanya selera....

To be continued

No comments:

Post a Comment