Sunday, December 4, 2011

Bahasa oh Bahasa


by Erick Monk Ozta on Saturday, December 3, 2011 at 10:52pm

Bahasa oh Bahasa

             Bila kita mulai ngomong soal Bahasa,..biasanya ada yg sensitive tentang soal ini. Terutama, bila kita singgung tentang pemakaian Bahasa itu sendiri,.. baik di masyarakat, di semua urusan resmi seperti kantor kantor, dan juga bahasa yg digunakan di dunia journalism.

             Bahasa Indonesia, yg di adopsi dari Bahasa Melayu di kepulauan Riau, mengalami perkembangan yg luar biasa dalam penggunaannya di berbagai sector.
Perkembangan itu sendiri, ada yg secara wajar,.. tapi ada juga yg merupakan sebuah rekayasa oleh orang orang pinter yg kebetulan berpredikat sebagai Ahli Bahasa ( Pakar ).
Begitu juga dengan aturan dan ejaan, yg seingatku,.. dulu ada ejaan Van Ophuijsen (1901), Ejaan Soewandi (1941),Ejaan yg Disempurnakan (1972), Pedoman Umum Ejaan yg Disempurnakan(1975).

                Bila kita bicara soal SEMPURNA dan Kesmpurnaan,.. maka,..tidak perlu lagi, sesuatu yg sudah sempurna itu harus dirubah dan dirubah lagi…iya kan ?...logikanya kan begitu ?.. lha wong sudah sempurna kok ? Tapi,… pada kenyataannya, seperti sudah menjadi Trend, bahwa Bukan hanya Harimau yg ingin meninggalkan Belang,… bahkan Kucing Kurap dan bahkan Kucing Garong pun punya niat yg sama. Nah, sama sama mempunyai belang,..kalau Harimau ,.. ya kita maklum..gagah dan perkasa,…tapi,.. begitu sampai ke Kucing Kurap dan Kucing Garong…..

                  Sebetulnya, sewaktu Pedoman Ejaan yg Disempurnakan itu wujud,.. sebetulnya sudah bagus sekali aturan dan Tata Bahasa Bahasa Indonesia,… yg kedepannya, tinggal ditambah dengan kosa kosa kata yg baru, tanpa merubah tatanan yg sudah ada.

            Tatanan Bahasa kita pada waktu itu sudah cukup bagus,…bahkan, tidak berlebihan, jika pada waktu itu,.. Tata Bahasa Indonesia, juga dipinjam oleh Negara tetangga kita untuk menyusun Tata Bahasa Melayu mereka, karena sekian lama mereka di bawah Pemerintahan Inggris, yg praktis hampir tidak ada ruang sama sekali untuk Bahasa Melayu berkembang dan menjadi tuan di Negara itu.

           Tidak sedikit guru yg di kirim ke Negara tetangga untuk mengajar soal Bahasa dan tidak kurang Pelajar mereka yg dikirim untuk belajar di Negara kita, yg pada akhirnya bukan hanya Bahasa, tapi hampir mencakupi segala bidang.

           Di era tahun 80 an, timbul berbagai macam kosa kata baru, yang kesannya agak memaksakan dalam pemakaiannya pada waktu itu, beberapa kosa kata itu antara lain : Mantan yg sinonim dengan Bekas, Memantau, piawai, pakar, dan sebagainya, dengan alasan penggantian yg sebetulnya, nggak begitu jelas.Pertanyaannya,… Kenapa harus diganti ? apa kalau tidak diganti,.. maka masyarakat Penutur Bahasa Indonesia tidak akan mengerti ? Apa kalau tidak diganti,.. maka akan mengakibatkan kerancuan ? Karena, istilah istilah dan kosa kosa kata yg lama itu, sudah menjadi identitas Bahasa Indonesia,.. dan tidak harus sama dengan Bahasa Melayu.

               Bahasa Menunjukkan Bangsa.Bahasa Indonesia, juga harus menunjukkan cirri Khas ke Indonesiaannya. Tidak perlu kita merujuk ke Bahasa Tetangga. Karena,… Bahasa Indonesia memang unik…dan keunikan itulah yg membedakan Bahasa Indonesia punya cirri khas tersendiri.

               Nah,… kalau kita sudah mulai mengikuti dan mencontoh Tata Bahasa dan bahkan istilah serta kosa kata Bahasa Negara Tetangga,..berarti, sama saja, Kebo Nusu Gudel. Karena seharusnya kita yg menjadi Trend Setter,… Bukan mereka. Sekali lagi,… karena Kita yg Membakukan Bahasa kita terlebih dahulu, dengan aturan dan tatanan yg disesuaikan dengan Budaya Indonesia, yg beraneka ragam dan mempunyai kekayaan Beratus ratus Bahasa Daerah yg bisa kita serap dan kembangkan untuk di masukkan dalam kosa kosa kata Bahasa Indonesia.

              Keaneka ragaman Suku di Negara kita juga ikut menjalankan peran yg cukup besar terhadap setiap geseran perubahan dan pertambahan Kosa Kata Bahasa Indonesia.Dan teramat sangat tidak perlu, untuk kita menoleh , melirik, bahkan mengadopsi aturan dan kosa kata dari Negara Jiran.

            Dan terus terang saja,..aku merasa Bangga pada waktu itu,..meskipun Bahasa Indonesia di adopsi dari bahasa Melayu yg tidak memiliki strata dalam penggunaannya itu, mempunyai cirri khas, yg dikemas manis dalam bentuk “ Bahasa Indonesia” itu sendiri. Salah satu keunikannya, karena kita juga mulai mengadopsi kosa kosa kata yg baru dari bahasa bahasa daerah di seluruh Indonesia.

        Beberapa dekade, Bahasa Indonesia begitu teguh, begitu digdaya sebagai Bahasa Pemersatu Bangsa. Tapi yg paling unik, sebetulnya keluwesan Bahasa Indonesia itu sendiri yg dituturkan dalam berbagai Intonasi yg berbeda, oleh berbagai suku bangsa yg kental dipengaruhi oleh Intonasi intonasi khas dari Bahasa Ibu penuturnya.

Seiring dengan perkembangan pemakaian Bahasa Indonesia, .. maka hampir di setiap pergantian Menteri Pendidikan, kita akan disuguhi dengan bentuk aturan Bahasa yg baru, yg masih berlandaskan Aturan Bahasa dari Pedoman Ejaan yg Disempurnakan itu.

           Kebetulan, aku mengalami beberapa perubahan itu sendiri, dari masa sekolah dasar hingga ke SMA dan tahun tahun berikut setelah itu. Agak memeningkan juga, terutama,..tentu saja perubahan itu harus juga diikuti dengan Perubahan seluruh Bahan bahan Cetakan,… dari Buku Buku Sekolah, formulir, dan hampir di setiap sector yg mau tidak mau harus merubah semuanya yg berbau tulisan, mengikuti tatanan baru. Sungguh merepotkan memang. Tapi itulah kenyataan, yg harus kita telan dengan pahit sekali.

         Salah satu contohnya, penggunaan Singkatan singkatan di hampir semua Instansi yg ada di Republik ini. Misalnya yg dulu di sebut “ Departemen P dan K” , diganti menjadi “Depdikbud “, begitu juga dengan Instansi instansi yg lain , harus ikut merubah singkatan, dan itu berarti biaya yg sangat besar. Kop surat diganti, kwitansi dan segala tetek bengeknya juga diganti. Repot nggak ?.... ya repot banget..riweh,..menyusahkan dan memakan biaya yg sangat besar. Padahal, masih banyak lagi yg bisa di urusi oleh Ahli ahli Bahasa, selain merubah susunan dan aturan yg memakan biaya sangat besar itu.

Contohnya,… Bahasa di Iklan Iklan,..aturlah itu.. keseragaman penulisan Papan Tanda Kantor, pertokoan dan sebagainya. Dan singkatan singkatan itu,.. celakanya, hanya dikenal oleh orang orang tertentu. Contohnya “ KASIRANGTARAK “…apa coba ?  “ Kepala Seksi Barang Tak Bergerak “… itu ada di dikantor kantor seperti Kodam dll.

          Setelah itu, penggantian nama sekolah,… dari SMA,.. menjadi SMU… nah.. pertanyaannya ? ..lha… si SMA itu tadi salah apa ?... SMEA, STM diganti menjadi SMK,…untuk membedakan yg STM dan yg lain bagaimana ? kok harus diganti ?... apa kalau nggak diganti, nggak jalan ? ini semua akibat, Kucing Kurap dan Kucing Garong juga ingin meninggalkan belang. Yg mengakibatkan kerugian Negara yg tidak sedikit…membazir..dan tidak merubah apapun untuk menuju ke titik yg lebih baik. Tapi, kesusahan dan kerepotannya, harus dipikul Rakyat. Murid dan para wali murid.

         Sama seperti sewaktu Mendiang Gus Dur, membubarkan Departemen Penerangan,…yg berakibat  berbagai Media yg tadinya bernaung di bawah Departemen Penerangan, seperti TVRI dan RRI dan segala macamnya, terkatung katung hampir setahun untuk di serapkan ke Kementrian yg lain. Alasannya ? “ Bukan tugas saya menerangkan “ kata Gusdur. Sebuah pernyataan yg kurang tepat dan kurang bijaksana.

            Negara yg berpenduduk 250 juta orang, jelas sekali memerlukan penerangan. Kalau kemudian ada istilah baru Multi Media dan Informatika,… masih bisa di masukkan dalam jajaran Penerangan. Kalau bukan Pemerintah, lalu siapa yg bertugas menerangkan segala kebijakan, segala tetek bengek aturan pemerintah, penyuluhan Pertanian, Budaya ,… apa itu Tugas Mak Erot ?...

           Banyak sebetulnya yg mengganjal , bila kita mulai berbicara soal Bahasa Indonesia. Para pembuat kebijakkan dan Ahli Bahasa, dengan tanpa berfikir panjang, mengganti dan menambah kosa kosa kata kita yg sudah mapan dan lazim dituturkan, dengan kosa kosa kata baru, yg mereka anggap sesuatu yg betul. Bahasa itu soal kesepakatan bersama, antar sesama penutur, yg di gunakan sebagai alat komunikasi yg seharusnya lebih luwes. Bukan di persulit dan di gontai ganti, karena pergantian Pengambil Kebijakan dan Pemimpin.

          Ambil Contoh IDHATA,… sinonim sekali dengan Gerakan Wanita,… nah para ahli Bahasa yg bijaksana, dengan semena mena, menggantikan kata Wanita dengan Kata Perempuan. Berbagai alasan dan sebab diutarakan untuk meyakinkan pemakai Bahasa agar mengganti Wanita menjadi Perempuan. Jadilah, Ikatan Dharma Perempuan,.. singkatannya ?... wah repot.

         Wanita dan Perempuan,… apapun artinya,…itu hanya Persepsi…Nah .. selama ini Persepsi penutur Bahasa,.. Wanita itu digunakan sebagai pengganti Perempuan, karena bunyinya juga lebih luwes, dan persepsi masyarakatpun sudah akur,.. menyetujui, bahwa Wanita, bunyinya lebih enak di banding Perempuan. Sudah…itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Kenapa harus diganti ? Ini juga akibat pengaruh dari kosa kosa kata bahasa Negara Tetangga, dan dicarikan alasannya. Nggak usah Bung…Indonesia biar Indonesia…yg sudah kitya sepakati dan persepsinya sudah mapan… kenapa harus diganti ?...

       Persatuan Wanita Tani Indonesia…. Dengan Persatuan Perempuan Tani Indonesia,… mana yg bunyinya lebih enak di dengar ?...jujur ya…nah persepsi kita, kata Perempuan itu untuk menggantikan Jenis kelamin, yaitu Betina. Sehingga, kalau orang marah,… akan keluar umpatan “ Perempuan mana itu ?... nggak ngerti sopan santun..!!”... bukan,..” Wanita mana itu ? nggak ngerti sopan santun “… jadi persepsi kita terhadap kata Perempuan itu, lebih rendah di banding kata Wanita. Ya udah.. itu yg kita pakai,.. nggak usah mencari cari Fakta Semantik yg justru membingungkan, hanya gara gara, di Brunai ada istilah Raja Perempuan.

       “  Para Pria dan Perempuan, di harap berkumpul di depan balai desa “… nggak enak kan bunyinya ?... karena kata Perempuan itu,… berpasangan dengan kata Laki-laki,… sedangkan kata Pria,… berpasangan dengan kata “ Wanita… bukan Perempuan.    

        Kemarin,.. sewaktu menonton TV One… ada istilah “Praktik” yg menggantikan istilah “Praktek “ yg sudah digunakan selama berpuluh tahun di Negara ini.

         Di Malaysia, memang,.. mereka menggunakan kata “ Praktik “ untuk hal yg sama.. apakah kita harus mengikuti mereka ? seingat saya… kita tidak perlu ikut ikutan menyusun Kosa kata kita sama dengan Malaysia…karena memang kita punya latar belakang Berbahasa yg berbeda.

       Sekali lagi, dari TV ada istilah Venue,… dari berita Tempat Penyelenggaraan Acara SEA Games. Kita masih menggunakan kata Venue, untuk tempat penyelenggaraan. Apakah tidak ada kata dalam Bahasa Indonesia untuk menggantikan itu ?... Misalnya… TPK , singkatan dari Tempat Penyelenggaraan Kejuaraan,.. misalnya….kan Indonesia suka singkatan….atau Tempat Acara… atau Ajang Kiprah….atau apa saja.. asalkan jangan Venue,… yg sering dibaca sebagai “ “FENU “ oleh kebanyakan pembawa acara TV. Karena.. di Indonesia, sistim alphabet kita masih belum di masimumkan penggunaannya. Sehingga , bunyi “ F” dan “V “ masih dibunyikan sama. Ada yg masih menggunakan Taksi,… padahal kita juga punya “ X “… Taxi.

      Apa yg sudah kita sepakati untuk kita tuturkan, ya sudah…itu cara kita…juga dalam mengadopsi istilah Bahasa Asing… kita punya cara yg lain dan berbeda dari Malaysia. Jadi jangan kita ikut melatah, gara gara, beberapa orang Ahli ( Pakar ) Bahasa kita ikut Konfrensi dan membawa Pulang kejanggalan kejanggalan yg sangat tidak perlu itu. Sedangkan yg lebih penting, dan lebih mendasar tidak mereka urusi.

      Indonesia mempunyai keunikan tersendiri dalam berbahasa, karena walaupun kita mengadopsi Bahasa kita dari Bahasa melayu yg kebetulan tidak mengenal Hirarki Penutur, tapi karena Indonesia mempunyai beratus Bahasa Daerah yg teradopsi kedalam Bahasa kita, maka..Bahasa Indonesia itu sendiri menjadi Unik dan berbeda dari Bahasa Melayu itu sendiri.

       Dan kita tidak perlu Pemurnian Bahasa Indonesia, kembali sama dengan Bahasa Melayu. Bahasa Indonesia, biarlah berkembang sesuai dengan perkembangan Budaya berbahasa dan Budaya penuturnya, …jadikanlah susuatu yg konvensional itu menjadi alat komunikasi yg lebih luwes, sesuai dengan perkembangan Bahasa itu sendiri, tanpa harus merubah yg sudah konvensional dengan terminology terminology baru, yg sebetulnya malah berbunyi janggal. Bahasa Indonesia itu “Unik “, berdaptasi secara otomatis dan luwes,.. agar bisa dituturkan oleh semua Rakyat di Indonesia, sebagai Bahasa Pemersatu Bangsa.

Goenoeng Kidoel Part III...mBELGEDEZ ( Diadopsi dari Bhs. Jerman yg artinya... "Bullshit " )


by Erick Monk Ozta on Thursday, November 3, 2011 at 4:33am

Lintas Utara Via Sambi Pitu….( Seven Part-time)
   Intro :          
                Siang ini agak panas, tapi cukup nyaman,… karena aku tidak merasakan gerah dan lembab (Humid)  seperti di daerah lain. Jadi aku masih merasa nyaman,…meskipun panas..tapi disana sini masih kurasakan tiupan angin,… yg kadang melenakan…nikmat.....liukan pohon pohon jati di sepanjang jalan itu, seperti memayungiku dari sengatan sang surya…
                Sengaja aku membelokkan motor bututku dari Sambi Pitu kearah kiri, atau kearah timur, …sebatang jalan yg memang sudah lama sekali ada disitu…Cuma,… mungkin bedanya… sekarang jalan itu sudah mulus beraspal…jalan yg menurun itu cukup halus untuk menampung motorku yg kadang tersendat dan batuk itu…

                Begitu aku memasuki jalan itu…semakin banyak angin yg kurasakan bertiup… seolah memberiku ucapan Selamat Datang…dikiri kanan jalan… petani sedang sibuk memanen hasil sawahnya… padi huma berbatang pendek itu memang menjadi primadona di situ…. Hampir disana sini kulihat petani sedang panen padi yg sama….dan aku juga selalu berselisih jalan dengan beberapa orang..yg sedang mengangkut rumput untuk ternaknya, baik dengan sepeda motor, di gendong belakang, ataupun di Sunggi …(to carry things on top of the head)

                 Pemanfaatan ruang…sepertinya sudah menjadi sebagian dari kehidupan mereka…dengan mengisi Galengan atau pinggiran jalan setapak sawah mereka dengan rumput Gajah dan rumput Kolonjono untuk makanan ternak mereka, kacang panjang, Peria, kecipir dan sejenisnya.

           Sedang di tanah kecil yg kosong, mereka manfaatkan untuk menanam Cabai, tomat dan terong …sedangkan pagar pekarangan rumah mereka, sarat dengan Pohon Jati yg terpancang gagah, seolah siap melindungi mereka. Dan ternyata Pohon pohon Jati itu juga menjadi Komoditi Penting di Goenoeng Kidoel, karena ,.. hampir di setiap daerah yg kulewati…kulihat penuh dengan pohon Jati (Javanese Teakwood),..Jati sepertinya sangat di utamakan…terutama di tanah tanah pekarangan dan tanah yg sulit untuk di tanamai tanaman lain, mereka manfaatkan untuk menanam Jati Unggul, yg praktis, Lima Tahun bisa di tebang dan menghasilkan.

                Rasa semilir itu semakin kurasakan, begitu aku menyeberangi Jembatan Sungai Oya yg kubanggakan itu…jalan mendadak naik,… kemduian turun tajam…itulah gambaran jalan disitu…bahkan hamper di setiap kawasan di Gunung Kidul… mungkin anda bisa membayangkan…saat dulu jalan itu belum tersentuh aspal… berbatu dan sangat sulit untuk didaki oleh kendaraan manapun… karena memang naik turun jalan ini cukup ekstrim.

               Di pinggir jalan, sudah kulihat tanda tanda kemajuan yg nyata, ..terutama di sekitar rumah penduduk, yg mulai memanfaatkan keberadaan infrastruktur yg ada, untuk berusaha atau berwira swasta… dari sekedar membuka warung bakso,..warung Kelontong dan Bensin..sampai Warnet, bengkel, tambal Ban dan kedai Pulsa juga sudah ada….berarti.. siapapun yg lewat disitu akan merasa aman…malah di beberapa titik, ada kedai penjual Mie Ayam dan Bakso, …berarti… kehidupan disitu sudah mulai “Regeng”, atau mulai ramai. Tapi, terus terang, aku tidak menginginkan kehadiran Alfamart atau Indomart disitu……

              Tak lama kemudian,..aku melewati Hutan Eucalyptus di sebelah kananku..tepatnya di desa Ngemprak , masih asri dan masih cukup tebal…sedangkan di sebelah kiri jalan, berselang selang terlihat Pohon Melinjo, yg lencir bentuknya seperti pohon Cemara.Sementara,… nun jauh disana, hutan itu terlihat begitu hijau,…aku masih bertanya dalam hati… apa pabrik Minyak Kayu Putih itu masih Wujud…aahh… mungkin nanti aku akan menyempatkan untuk berkunjung ke sana, untuk melihat sendiri, keberadaan pabrik Minyak Kayu Putih itu.
Verse :
              Tidak jauh dari Hutan Eucaliptus ,..segera ku jumpai sebuah pertigaan, dengan tugu kecil di Tengahnya…Papan Penunjuk Jalan mengatakan, yg kea rah kiri atau Utara,… menuju ke Ngawen…yg Lurus ke Nglipar
              Karena perutku sudah Ndang nDutan… maka akupun berhenti pas di pertigaan itu,… ada sebuah warung makan…dengan Tulisan : Sedia Tong Seng, Gule dan Sate Kambing…akupun berhenti untuk menangsal tembolokku. Tanpa harapan, …sama sekali tanpa harapan, bahwa Tong Seng, Gule ataupun satenya akan seenak di Wonosari,.. atau Paling tidak aku tidak mengharapkan Tong Sengnya seenak di tempat Mbah Kariyo di jl Sumarwi atau Tong Seng Yu Giah yg tersohor dulu.…

             Tanpa membuang waktu,.. akupun segera memesan Tong Seng dan Teh Manis panas….sederhana sekali memang Warungnya… jauh dari kesan sebuah Warung Makan yg Mapan, apalagi mewah…nggak ada kursi disitu… berarti Lesehan… I Like That…. terasa nyaman sekali duduk disitu…semilir angin dari rumpun bambu di belakang menerpa tengkukku yg sexy ini,..aku bersabdar di tiang bamboo di warung yg berdinding Kepang itu,…meja panjang didepanku Cuma setinggi satu kaki,… pas banget memang untuk lesehan..ada tempat sendok garpu, tissue dan juga tusuk gigi..ermm… cukup lengkap untuk sebuah warung in the middle of nowhere seperti ini…

             Teh Manis pun datang…aku agak nyinyir soal org buat teh…kalau tehnya gak enak memang nggak ku minum…eh..eh.. ternyata,.. tehnya juga enak….
             Terlihat di etalase Aluminumnya…hanya beberapa kerat Daging Kambing tergantung.. dan berkesan sangat minimalis…ya hanya etalasenya yg Aluminum,… yg lain hanya Bambu dan kayu…dan aku sempat bertanya pada mbak Siti, si empunya warung itu…sudah berapa lama membuka Warung itu ? mbak Siti menjawab, bahwa warung itu baru exist belum ada setahun…dan mbak siti sendiri sebetulnya orang Banten… yg ikut Hijrah suaminya, kembali ke kampung halaman suaminya di Goja, Kedong Poh, Nglipar, Goenoeng Kidoel, Ngayogyokarto Hadiningrat.
            Dia bilang… dia merasa lebih tenteram tinggal disini,… walapun hanya sebuah desa.. tapi suasananya sangat tenteram, tidak seperti di Ibu Kota Jakarta, .. tempat tinggalnya sebelum hijrah kesini.
             Dengan lancar, dia mulai bercerita membandingkan keadaan sewaktu di Jakarta,… bahwa dia kurang merasa nyaman…dengan keadaan yg selalu dihimpit dan di intimidasi oleh suasana lingkungan tempat tinggalnya, baik dari segi Economi,… maupun dari segi Sosio-budayanya,… yg ternyata dusun Nggoja, Kedong Poh,..membuat jiwanya lebih tenteram….jauh dari Intimidasi kehidupan Kota yg semakin kejam dan tidak kenal belas kasihan itu.

Chorus :

            Bau Tongseng yg kupesanpun mulai menyengat hidungku… sementara sensor sensor tertentu menghantar data itu dari otak ke perutku yg semakin “Kemriuk ting krucuk” menahan lapar…erhmmmm… kalau Judging dari baunya…pasti rasanya “Thotholithem ‘ ini…

                Tanpa harus menunggu lama, Tongseng pun segera di hidangkan bersama Nasi Pulen dengan “Cething” bambu ( Cething : rice container made of bamboo) yg masih berasap…apalagi ?..... perut lapar…di tambah intro bau yg mengundang nafsu….eh… eh… eh…..memang… rasa tongsengnya…asliiiiiiiiiiiiiii…. Uenak Tenan….bumbunya terasa…lada dan semua pelengkap penderitanya komplit plit… uenak…dengan sego Pulen dan Cabe rawit yg baru saja di petik dari halaman rumahnya….

             Nggak nyangka,… I’m in the middle of nowhere,….tiba tiba dapat tongseng seenak itu…. I can’t believe it…lha iya… lha wong warungnya saja…seperti warung temporary gitu lho…..terus akupun menikmati Tongseng dengan nasi itu… seolah olah… sehabis makan aku harus nyangkul di sawah…hehehehehe….dlm bahasa Irlandia “ Qoqoh Eengon “… kalau bahasa jawanya ya Kokoh Ingon.., yg biasanya.. sehabis menghabiskan porsi sebanyak itu… terus langsung ke sawah dan nyangkul……

              Sambil makan tadi…kami cerita Ngalor Ngidul…sampai cerita soal Rasulan atau Pesta Bersih Desa,… atau mungkin kalau di Barat sana ya Thanks Giving….dia kelihatan antusias banget sewaktu bercerita tentang acara RASULAN,…acara khas di Goenoneg Kidoel yg setiap taun pasti ada.

Interlude :

            Dia cerita soal keterlibatannya nanti di pesta Rasulan itu,…menjadi Jathilan untuk memperingati hari jadi Dusun Kedong Poh yg sudah seabad itu, yg nantinya, acara Jathilan itu juga akan di pertandingkan di tingkat Daerah sebagai bentuk semacam Pesta Budaya Daerah….
        Aku melihat sebersit kegembiraan dan kebanggaan dari sinar matanya sewaktu bercerita…dia bangga… menjadi sebagian dari Acara Budaya Tahunan itu…dia merasa di hargai di dusun itu. Dan itu sesuatu yg mungkin jauh dari fikiran dia sewaktu masih tinggal di Ibu Kota, yg kata orang lebih kejam dari Ibu Tiri itu.

          Mungkin,… seewaktu di Jakarta dulu…eksistensinya tidak begitu di perhitungkan,… meski sebetulnya, dia punya bakat yg agak lumayan…Mbak Siti juga cerita, tentang Rasulan yg bakal secara besar besaran di desa itu,… karena bertepatan dengan Ulang tahun atau Hari Jadi desa itu yg Keseratus…..jadi akan di buat semeriah mungkin… dari acara Wayang KulitKothekhan Lesung,…juga Hadrah,..dan tentu saja Jathilan dan Reog…. Selain dari penampilan kesenian yg merupakan pesta rakyat itu, untuk menandai SEABAD Dusun Kedong Poh akan diwakili dengan 100 Ingkung (fried or roasted whole chicken, normaly spring chicken, prepared for special celebration, ritual or ocation) untuk menandakan 100 Tahun Desa Kedong Poh tersebut.

                            Aku mendengarkan penuturan mbak Siti dengan penuh antusias….ya…kegiatan Budaya seperti itu… sudah sangat jarang di Pentaskan di jaman sekarang ini…tidak berlebihan kalau kukatakan, bahwa generasi sekarang… mungkin sudah tidak kenal lagi…mereka lebih kenal dan akrab dengan Game Online, atau SMS dan sejenisnya,…dan ini satu kesempatan…yg mungkin bisa di Manfaatkan Oleh Pemerintah untuk Mendokumentasikan semua kegiatan itu, untuk kemudian di kembangkan sebagai Aset Budaya Daerah….yg kemudian, bisa dimasukkan dalam Calender Pariwisata daerah,…itupun,… kalau mereka mereka itu mau dan merasa terpanggil…

           Setelah menghabiskan satu Cething nasi… akupun segera meluncur kea rah Nglipar…yg jalannya juga masih mulus…dan kegiatan bisnis rumahan mulai terlihat juga disitu…yg mungkin agak disayangkan, …. Kurangnya perhatian pihak Pemda terhadap segala kegiatan penduduk, baik dari segi bisnis mereka dan juga dari segi Sosio Budayanya, yg sebenarnya, terus terang… mereka tumbuh sendiri sendiri, seperti tanpa ada sentuhan… dan juga Planning yg jelas untuk menuju kearah yg lebih maju…
            Mas Jul,… suami mbak siti, yg berasal dari Dusun Nggoja itu juga banyak menyimpan gagasan. Tentang bagaimana untuk maju dan ikut memajukan desa tersebut, supaya pertumbuhan ekonominya jauh lebih baik dari sekarang.

            Pemanfaatan sumber alam yg ada, dan bahkan belum banyak di kelola, ataupun di beri perhatian khusus oleh pemerintah, yaitu Potensi Kerajinan Bambu, yg bahan mentahnya cukup berlimpah. Juga mungkin, Industri Pakan Ternak yg memang bahan mentahnya selama ini banyak ikut dinikmati oleh daerah daerah tetangga Gunung Kidul.
              Potentsi potensi besar itu, hanya seolah olah seperti Swa sembada masyarakat…dan kembali aku salut dengan upaya mereka. Walaupun dengan segala kesederhanaan mereka, dan  mereka sudah kuanggap berhasil memajukan diri mereka pada taraf yg lebih tinggi.

                 Apalagi, kalau Pemda ikut memberikan sedikit perhatian, terhadap Potensi potensi yg ada tersebut, …dengan sedikit usaha,…seperti memberikan Fasilitas Kredit Usaha Kecil atau yg semacamnya, bekerja sama dengan Bank yg ada,... aku yakin sekali, … Gunung Kidul akan lebih di perhitungkan di masa yg akan datang.

Coda: 

               Memang sering sekali,… aku dengar gembar gembor soal Potensi potensi ini,…tapi kalau Potensi potensi ini tidak diberi perhatian dan di sosialisasikan dengan cara yg betul…dikelola dan di kembangkan dengan baik,… maka tidak ayal lagi… potensi potensi yang ada itu, hanya sekedar tinggal Potensi untuk menggigit jari…atau dengan kata lain,… kalau yg namanya Badan, yg seharusnya mengurusi rakyat hanya sibuk mencari duit untuk setoran ke Pihak yg mencalonkan mereka,… maka sekali lagi…niat Mulia itu hanya sekedar hembusan Angin Syurga….ironis sekali….dan sangat Demokratis kedengarannya.

                Mungkin masih banyak cara untuk difikirkan, bagaimana, supaya pertumbuhan masyarakat itu bisa seimbang…dalam segala hal..jangan Cuma kita gembar gembor kesana kemari,…tanpa ada rencana yg jelas.
             Barangkali ada baiknya,… kalau sekali sekali… orang orang di pemerintahan dan orang orang yg duduk di Badan yg Mewakili Rakyat itu,.. bisa melihat, mengidentifikasi, duduk berbincang dan mencari solusi dengan perencanaan yg baik, dengan Roadmap yg jelas, proposal yg jelas dengan ROI (Return Of Investment )yg terperinci, tanpa itu,…bagaimana akan menjual Gunung Kidul kepada para Investor dan juga para Wisatawan. Atau mungkin, sebetulnya mereka sudah tau ? tapi keblinger dengan urusan urusan yg bagi mereka jauh lebih penting di banding menjalankan tugas mereka ? ….. memang Wajib untuk di pertanyakan,..sejauh mana Tingkat Kepedulian Mereka terhadap hal hal, yg seharusnya mereka fikirkan dan mereka kerjakan untuk Rakyat,…karena mereka wakil rakyat… yg tugasnya mencari Solusi untuk setiap Kebuntuan yg dihadapi rakyat….karena memang mereka Abdinya rakyat…..

              Mungkin…. salah satunya,… yg tidak kalah penting, yaitu usaha PEMDA, untuk selalu meng Up Date Website Pemda Kabupaten Gunung Kidul dengan Data serta Keterangan yg lebih akurat, dengan gambar yg lebih baik… dan dengan Info yg lebih jelas…website-nya jangan berkesan,.. asal ada. Dan mempunyai Website yg bagus… itu juga perlu dana,… jadi dana yg dialokasikan untuk keperluan itu, juga harus di gunakan untuk kepentingan itu….bukan untuk yg lain…karena sekarang,.. jamannya orang mencari info langsung dari Internet…dan mengelola sebuah website, juga memerlukan keahlian khusus dan tidak murah, jadi..kalau ada yg berbaik hati untuk membantu,.. maka berilah imbalan yg sewajarnya, sesuai dengan keahliannya.

               Mengurus web site itu juga memerlukan keahlian khusus…..nah… sudah menjadi Kewajiban Pemda, untuk menyediakan Info itu kepada masyarakat dan juga kepada org luar yg ingin tau dan perlu info tentang Gunung Kidul…ini zaman IT (information Technology),… bukan lagi Zaman Lurah masih Buta Huruf…..kalau perlu, terapkan Single Entry Point,… jadi begitu org Click Gunung Kidul, semua Info yg diperlukan akan tersedia…dari soal kependudukan, kerajinan, budaya, sampai pariwisata dan sebagainya,…tentu saja,  itu juga memerlukan kerja sama antar instansi yg ada di Pemda, untuk memberikan Info yg terbaru dan komplit, serta Up To Date.

          Oleh sebab itu, perlu sekali memonitor rencana, pelaksanaan dan hasil kerja setiap Kedinasan yg ada di Pemda Gunung Kidul, supaya,..semuanya terkendali dengan baik…dari Rencana, Pelaksanaan, Target, dan Pencapaian atau progress nya. Road Map setiap Dinas yg ada juga harus jelas dan terus terpantau. Harus di terapkan sistim PDCA , Plan;Do;Check dan Action.

              Alangkah bagusnya, kalau dari setiap sektor yg di masukkan dalam Website itu, di sertai dengan Rencana kedepannya… targetnya apa..dan apa usaha yg telah dilakukan oleh masing masing pihak yg berkenaan dengan itu, sejauh ini.Serta sampai dimana pencapaian mereka sejauh ini, dan sertakanlah peran rakyat kearah itu.

             Ini soal tanggung jawab yg mereka Pikul di pundak mereka dan juga amanah yg di berikan oleh Rakyat kepada mereka mereka yg memimpin itu. Peran apa yg seharusnya mereka mainkan ? dan sejauh mana pencapaiannya hingga kini, dan berapa jauh bisa sampai ke tahap pencapaian target itu nantinya. ( emang targetnya ada gitu ? )
              Ini persoalan yg serius..dan harus ditangani oleh orang orang yg memang mau dan bersedia untuk bekerja kearah itu, sesuai dengan keahlian masing masing. ……..Tepuk dada, …Tanya selera.

               Seharusnya persoalan itu akan begitu gampang di tangani oleh orang orang Pinter dari partai partai Pinter yg begitu perduli rakyat  dan orang orang yg merasa mampu me Manage sebuah daerah yg seharusnya bisa jauh lebih baik dari yg kita lihat sekarang. Sewaktu aku masih kecil, pada waktu itu, yg menjadi Bupati Gunung Kidul adalah KRT Djayadiningrat. Karena letak Gunung Kidul yg tidak dilalui jalan Lintas Provinsi, dan akses ke kota besar masih sangat terbatas, atau tidak berlebihan, kalau kubilang semi terisolir,..karena memang infra struktur belum sebagus sekarang,…pada waktu itu, Gunung Kidul sudah menerapkan system OVOP, yaitu, One Village One Product, yg sekarang baru di gembar gemborkan oleh daerah lain.

                   Ada Kajar dengan Pande Besinya ( Black Smith ), ada Munggi dengan Pasar Polowijonya,… ada Ponjong dengan Lumbung Padi dan Ikan air tawarnya,..ada Patuk dengan Sayurannya, dan dari bagian selatan hasil Ubi Ubian dan kacang kacangan sangat beragam, yg sekarang mungkin bahkan tidak di kenal oleh Generasi muda masa kini.

              Pertanyaannya sekarang,… apakah mereka pernah berfikir kearah itu ? atau justru mereka larut dalam kesibukan urusan Kepartaian yg langsung tidak pernah mencerminkan keterlibatan mereka dengan rakyat kearah itu ?
               Akupun nggak mau larut disitu,… terbersit sedikit kekecewaan di hatiku…(sedikit ?.. banyak ‘kali ) kalau memang sebuah Demokrasi itu mampu memberi perhatian yg lebih baik, lebih terencana dan lebih maju, aku akan sepenuhnya mendukung system itu,……ternyata,…aku salah…yg kulihat,… kalau memang iya… semakin Demokratis,.. seharusnya,.. koordinasinya semakin jelas…aaaahhh… ternyata, itu hanya permainan Politik murahan…bagaimana mau terkoordinasi dengan baik ? kalau Presidennya dari Partai yg tidak sama dengan Partai yg di anut Gubernur dan Bupatinya ? dan setau aku, setiap partai mempunyai kebijakan yg tidak sama. Jadi Negara ini di selenggarakan dengan system yg nggak begitu jelas koordinasinya. Bagaimana seorang Gubernur mau sehaluan dengan Presidennya, sedangkan mereka berasal dari Partai yg berbeda ?...sedangkan yg berasal dari satu partai aja , mempunyai pandangan dan kebijakan yg tidak sama.

                    Itulah yg mereka sebut dengan kata yg manis “ Demokrasi “…yg pada hakikatnya… underannya masih di sekitar Duit dan duit…mau jadi Calon,.. harus punya duit… calon apapun itu… dari Calon PNS, .. calon Polisi, Calon Legislatif,.. Calon Bupati dan lain lain…Demokrasi itu ternyata hanya sekedar sebutan pemanis untuk sebuah permainan yg sungguh tidak mulia dan jauh dari kategori Bagus dan bersih.

          Pemilihan yg dianggap sangat demokrstis itu, tak lain tak bukan juga cuma bertendensi duit. Pada akhirnya,…sebuah Kegiatan yg bernama Demokrasi,… ujung ujungnya…persisssss,.. seperti Bisnis. Cari duit untuk Nyalon..setelah terpilih,..taun pertama sampai taun ketiga,..ngumpulin duit untuk mbayar modal nyalon tadi..dan tahun tahun terakhir di jabatan,.. ngumpulin duit untuk nyalon lagi di taun depan…dan penuh dengan embel embel sponsor dan kepentingan kepentingan pembagian jatah projek untuk para sponsor …. Sekali lagi, it’s just another soap opera ,dan Sinetron bermutu rendah  yg selalu kena kejar tayang ….Mbelgedezzzzzzz…….

Jalan Lintas Pantai Selatan ( from Imogiri …to Nglindur )

Intro : 
            Pohon Orok Orok itu sudah mulai berbunga…kuning..memenuhi kedua belah jalan yg kulalui,…persis seperti musim semi yg baru tiba…meliuk liuk mengikuti irama pawana, yg berhembus agak kuat siang itu….semilir,…dan membuai……
          Kata orang orang tua dahulu,… kalau pohon orok orok sudah mulai berbunga,.. itu tandanya musim Bedhidhing sudah di ambang pintu…berarti…hujan sudah akan jarang sekali turun…atau tidak turun sama sekali,…sekarang sudah memasuki Bedhidhing Kapuk Pecah… yg menandakan Pohon Randu yg sudah mulai pecah Kapuknya,..itu permulaannya… dan nanti segera hadir Bedhidhing Kembang Gudhe,…waktu siang agak panas,… tidak lembab dan semilir, … tapi diwaktu sore hingga malam,… akan terasa dingin sekali….dan memang itu sudah kurasakan beberapa hari ini…dingin sekali diwaktu malam….bahkan lebih dingin dari Kota Bandung di waktu malam..

            Sesekali kulewati beberapa orang menenteng galah yg panjang di sepanjang jalan,…dan aku berhenti untuk bertanya… rasa ingin tauku mengusikku…penasaran itu terjawab,… ternyata,.. mereka adalah Pasukan Pencari belalang. Untuk apa ?... untuk dijadikan Lauk…kalau digoreng,… gurih rasanya seperti Udang…dan harganya ternyata lebih mahal dari harga daging sapi….

            Banyak memang serangga yg di konsumsi oleh penduduk Gunung Kidul. Belalang itu salah satunya. Ada lagi Ulat Jati, Olan Olan Turi yg penuh dengan Protein itu ( dan Kolesterol tentunya ), ada lagi Laron,… tapi jenis yg ini hanya ada di musim Hujan…keluarnya dari tanah,.. yg pasti itu termasuk keluarga rayap…dan mungkin masih banyak lagi jenis serangga yg di konsumsi oleh masyarakat Gunung Kidul . Aneh ? aaaahhh… biasa biasa saja….di sini itu hal yg lumrah sekali…dan tidak melanggar Hukum kok…mungkin justru bisa di kembangkan, menjadi wisata Kuliner Gunung Kidul, dengan Menu : Fried Crispy Grasshoper with mashed potato ; Grilled Caterpilar with Tapioca French Fries? Teak Worms Frittes with steam Sweet Yam ,….hehehehehehe…..(Jangan Lombok ijo ‘kali )

Chorus :
               Aku mengawali perjalananku dari Wonosari, kearah Paliyan melewati desa Siraman… tidak melalui Playen. Karena memang aku sengaja ingin mengimbas kenangan masa kecil, sewaktu masih belajar berenang  di Sungai di dusun Siraman itu. Tidak ada Swimming Pool ukuran Olympic, .. yg ada hanya sebatang sungai itu, dan disitulah Swimming Pool kami, Water Park kami dan juga tempat mancing kami.

            Tidak jauh dari tempatku biasa berenang, ada beberapa mata air di bawah Pohon Beringin yg besar,… nampak mata air itu keluar… jernih sekali…sekarang… diatasnya sudah ada jembatan dan jalan tembus untuk Outer Ring Road Kota, untuk jalur Bus dari arah Terminal,… dan..dulu,… menjelang Bulan Puasa, orang akan mandi disitu untuk membersihkan diri dan bersiap untuk menjalankan ibadah Puasa, yg istilahnya, “PADUSAN” atau Pemandian, untuk membersihkan diri, sebelum mulai menjalankan Ibadah Puasa di bulan Suci Ramadhan

            Aku melewati Desa Sodo, dimana ,…disitu terletak makam Ki Ageng Giring yang terkenal itu. Kalau orang menyebut Dusun Sodo, maka orang orang lama akan teringat Babad Dalan Sodo, yaitu sejenis Pilgrimis Journey juga, tapi ala Jawa, yg banyak masih di lakukan oleh orang orang tertentu, dengan istilah, Tirakat Ngalap Berkah.Yg prosesnya bagaimana, saya sendiri belum pernah ikut…katanya,.. dulu orang pakai acara Puasa segala,.. dan tirakhat, tanpa tidur semalaman,… berjalan kaki dari rumah sampai ke tempat itu,..( my mom used to do that, long time ago)..

         Walaupun ada Papan Tanda,… sepertinya, mereka menganggap orang sudah tau,…karena papan tandanya nggak begitu jelas..Cuma satu papan tanda yg tidak diikuti oleh papan tanda berikutnya untuk memandu orang yg akan kesitu…tentu saja, kalau penduduk disitu, pasti tau…Cuma dalam hemahku,… Papan Tanda itu gunanya untuk memandu orang yg tidak tau ke tempat yg dituju….

            Jalannya mulus,.. beraspal…dan volume kendaraan yg lalu lalang juga sudah tinggi… berarti, mobilitas penduduk sudah lumayan lancar. Setelah melewati Desa Karang Asem, aku segera memasuki sebuah Hutan Eucalyptus …ternyata tidak Cuma di Utara ada hutan eucalyptus…disini juga ada…

                Setelah beberapa saat, aku tiba di persimpangan,… sebuah Pekan Kecil yg cukup lengkap sebetulnya. Paliyan..yg sebenarnya , sewaktu aku masih tinggal disini, tempat itu sangat jarang ku kunjungi. Sepertinya, pada waktu itu, sangat jauh. Mungkin karena akses jalannya yg belum sebagus sekarang, tapi juga mungkin karena masih langkanya Kendaraan umum pada waktu itu, kecuali hari Pasaran.( it’s a market day from a Javanese Calender, where one week is consist of 5 days instead of 7 days in a modern calendar and devided into several areas for the market day in a week )

              Tidak berapa jauh dari situ, ..ada sebuah Camp Tentara, atau semacam Pusat Latihan Tempur. Yg mungkin keberadaannya juga belum lama. Terlihat bentuk bangunannya juga bukan berupa bangunan yg tua…
             Beberapa menit kemudian,… aku sampai di dusun Sodong, dimana,.. disitu ada Suaka Margasatwa, Kera Ekor Panjang..ngomong ngomong soal Kera Ekor Panjang, yg selama ini, meresahkan rakyat, karena merusak tanaman masyarakat petani, … tapi,…ada cerita unik di sebalik itu, yg dituturkan oleh sahabatku,”Mas Didit”, yg juga seorang Wartawan, tentang kisah Kera Ekor Panjang ini.Yang kebetulan, beliau sedang meliput berita pada waktu kejadian itu. Dan akan ku ceritakan di Segmen-segmen di bawah nanti.

           Tanpa kusadari, aku sampai di persimpangan empat, dengan papan tanda, kalau kekanan ke Panggang dan Imogiri,.. kalau terus ke Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngobaran……kalau kekiri ke Pantai Baron…akupun membelokkan motor bututku ke kiri, mengikuti petunjuk jalan kea rah Pantai Baron… jalan yg mulus itu, tiba tiba hilang, berganti dengan jalan yg sedang di perbaiki, seperti penaikan taraf dan juga sepertinya kerja peninggian jalan…sepanjang sekitar 5 km, sampai Desa Trowono..

         Agak terkejut dan bingung,..sesampainya di Trowono, aku dihadapkan pada pemandangan yg agak Nylekuthis,(ugly) tepat di pertigaan sebelum Pasar Trowono, ada sebuah Alfa Maret ? aku lupa.Alfa atau Indo.tapi kehadirannya disitu, cukup menyayat hatiku…dengan pertanyaan,… apakah sudah perlu sekali, Franchise Kelonthong itu harus ada di situ ? apakah tidak ada kebijakan dari Pihak Kecamatan setempat untuk melindungi para Peniaga kecil ? atau warung kelonthong kecil ? atau bahkan Pasar Tradisional yg tepat di depan mata ? …apakah dengan kehadiran mereka disitu itu, akan menjadikan Trowono semakin lebih kelihatan seperti kota ? …banyak ternyata yg tidak kufahami,…sedangkan, Wali Kota Solo, …karena kegigihannya mempertahankan dan melindungi pasar tradisional dengan tidak memberikan Izin Usaha untuk Franchise besar, malah di bilang Goblog sama Gubernur Jateng, Bibit Waluyo…yg goblog siapa sekarang ?.....jumawa sekali tindakan Bibit Waluyo itu,…keblinger dan nggak ngeh…istilah sekarangnya. Jauh sekali dari arti namanya,…Bibit Waluyo…”benih kesehatan” eh malah menabur Bibit kehancuran…

       Kalau di Wonosari,… aku maklum..tapi kalau di daerah kecamatan,.. menurut hematku, nggak perlu harus ada Franchise Kelonthong itu…kasihan pedagang warung kelonthong yg kecil…ini sudah seperti ibaratnya kasus Homocide… penjajahan dan pembunuhan yg terang terangan…dan sekali lagi…aparat tidak dan kurang peka terhadap perlindungan usaha kecil rakyat setempat…yg akhirnya akan di Caplok oleh pemodal pemodal besar…korbannya ? Rakyat lagi….
        Kekecewaanku kubawa pelan pelan menyusuri jalan Pantai Selatan kearah Pantai Baron.
        Tak berselang lama, akupun sampai di Gerbang Restribusi di depan Pertigaan jalan ke Pantai Baron. Aku berhenti untuk membayar, tapi … mungkin karena wajahku yg kummel ( diadopsi dari bhs Jerman yg artinya, ireng , uelek dan lethek ), seperti habis Ngarit, akupun bebas membayar restribusi..mungkin yg jaga melihat wajahku merasa kasihan…aku bersyukur juga,..ternyata,.. wajah “Kere Memelasku” itu kadang banyak membawa berkah juga… restribusi gratis, …thank God..yg sebetulnya, uang di kantongku juga pas pasan buanget…org bilang.. Tuhan itu menyayangi Umatnya… ( I Really Like those words,… I don’t know why )… dan Gusti iku ora Sare ( God never sleep, maybe God is too busy  answering all those e-mails )   


         Akupun melanjutkan perjalananku kearah Pantai Kukup,..naik dan turun bukit…begitu melewati Kukup…terlihat birunya garisan Pantai…aku merasa at home banget…tarian daun daun Pandan Karang yg berjuntai meliuk liuk di permainkan angin laut selatan yg asin, diiringi Simphony Ombak dan riak laut yg saling meningkah…memainkan melody alam yg begitu harmonis….satu dinamika yg sudah lama sekali tidak hadir dalam rutinitas kehidupan seharianku….

                 Pantainya berpasir Putih,… bau ikan bakar… senandung Nelayan yg sedang duduk di anjungan perahunya sambil sibuk menyulam jala dan pukatnya yg berlobang…terlihat beberapa orang berbaris di pantai, sambil memegangi Joran Pancing yg panjang, sepertinya tidak begitu perduli dengan sengatan mentari dan terpaan ombak pantai selatan di siang itu…aaaah… sebuah sketsa yg dimataku sungguh sangat sempurna….sangat mengujakan…..Terima kasih ya Tuhan, …karena aku masih Kau berikan kesempatan untuk menikmati sebagian kecil kebesaranmu ini….

         Pantai demi Pantai kulewati,… ada Pantai Sepanjang,…Pantai Drini,..Pantai Krakal,.. Pantai Ngandong,..Pantai Sundak,…Pantai Sadranan…. Dan aku merapat di Pantai Indrayanti….manis sekali kedengarannya, nama pantai ini,… Indrayanti…seperti nama seorang Putri, yg konon, menurut cerita penduduk setempat:
         “Dulu… ada seorang dara dusun yg cantik jelita bernama Raden Roro Indrayanti, ..yg kebetulan anak seorang Ponggawa di dusun itu, bercinta dengan seorang pemuda dusun yg derajatnya dianggap jauh di bawah derajat seorang Ponggawa pada waktu itu, pokoknya kere ( just like me )… karena dipaksa akan dikawinkan dengan seorang anak Bupati dari daerah lain yg berpangkat dan kaya raya,… demi  kesetiaan cintanya pada pemuda dusun itu, Raden Roro Indrayanti pun nekad hendak menghabisi hidupnya,.. maka,… diapun menuju laut kidul dan menghanyutkan diri dan cinta sucinya di pantai itu karena tidak rela akan dikawinkan dengan pilihan kedua orang tuanya, adapun pemuda dusun itu karena frustasi, diapun memutuskan untuk tidak kawin dan menjadi seorang pertapa dengan julukan, Kiai Selo Samodra.Dan dari  hikayat itulah, maka, Pantai ini di namakan Pantai Indrayanti, mengambil nama dari Raden Roro Indrayanti.” ( hahahahaha, sinetron banget )

           Menurut penuturan beberapa orang yg sering lewat disitu,.. kalau tengah malam, ada cewek cantik,.. mau numpang di sekitar pantai itu,…hati hati aja…mungkin itu Raden Roro Indrayanti….yg kata org yg pernah ngasih tumpangan di mobilnya,…ketika ditanya, namanya siapa ?,.. dia menjawab “ Nama saya Yanti “…rumahnya dimana mbak?..passti dia menjawab “ ooh.. rumah saya Kidul Mbaron  mas “… nah loh… Kidul mBaron kan Segoro Kidul ?.....

                Indrayanti……Pantainya terentang sepanjang 3 Kilometer,..berpasir putih dan berpagar Pandan Laut di Ujung Air pantai……ada beberapa Challete atau Cottage untuk penginapan di pinggir pantai,…sayang…Listrik belum menjamah pantai itu, sehingga, para pengusaha pantai masih mengandalkan Gen Set mereka untuk penerangan di malam hari…

       Beberapa Chalette yg terbuat dari kayu,nampak memagari Pantai di depan deretan pandan laut yg kokoh tegak mencengkeram garisan pasir pantai. Beberapa pohon pinus berbaris di sepanjang jalan tepian pantai, yg merupakan jalan menyusuri Pantai Selatan dan menghubungkan Pantai Pantai yg berada di Kabupaten Gunung Kidul,.. dari Kecamatan Panggang di Barat, .. hingga Kecamatan Girisubo di ujung Timur.

        Aku sempat berangan, … seandainya Pantai yg indah ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk Listrik dan juga Air Ledeng, mungkin akan jauh lebih baik. Beberapa fasilitas permainan anak anak bisa di bangun disitu,… atau bahkan dengan sedikit investment, bisa juga diwujudkan sebuah Water Park yg mungkin akan lebih menarik para wisatawan.
        Idealis memang…tapi kalau tidak diusahakan kearah itu,.. maka, sekali lagi,… Potensi itu hanya tinggal Potensi untuk Gigit Jari saja.
       Sebuah Camping Ground, yg di fasilitasi dengan Air Ledeng dan Listrik, pasti akan memberikan banyak kemudahan bagi para Wisatawan. Tidak salah,… kalau kita memulai Trend Baru… sebelum daerah lain memanfaatkan Potensi mereka untuk kegiatan yg sama seperti itu….alangkah baiknya,.. kalau Week End… orang orang dari Wonosari, pada pergi ke Pantai dan Camping disitu…sebuah Trend Baru…yg pasti akan banyak orang luar Gunung Kidul yg juga akan datang….memandangkan, kita mempunyai lebih dari Sepuluh Pantai yg berderet. Tentu itu akan menjadi tarikan tersendiri dan segera akan bisa diwujudkan sebuah Paket Wisata untuk anak anak, dengan kereta api ala Pasar Malam dan Odong Odong.. untuk menikmati pantai….tapi,… sekali lagi,.. ini hanya sebuah Impian

           Setelah puas menikmati Indrayanti,…akupun pelan pelan melanjutkan perjalananku kearah timur…beberapa Pantai sempat kulewati…yup.. panta pantai Baru…yg  sewaktu aku kecil.. belum tersentuh Infrastruktur…jadi hanya sekarang bisa di kunjungi..
          Di pinggir jalan,..aku melihat kegiatan penduduk di ladangnya,..ternyata ini music Nggaplek,..yaitu waktu, dimana para penduduk menguliti Ubi Kayu dan di jemur di merata tempat sekitar ladangnya untuk di buat Gaplek,..jadi istilahnya Nggaplek.
          Mungkin karena keberadaan jalan yg mulus itu, penduduk di situ mulai memanfaatkan pinggiran jalan untuk berjualan kecil kecilan…aku berhenti sejenak ..rasa ingin tauku hadir …untuk sekedar ingin tau…selain Belalang, apa yg mereka jual…aku agak terkejut…ada Sirsat ( durian belanda ), ada Srikaya, ada pisang..
        Akupun segera merapat dan mulai makan Srikaya…sepertinya sudah seperempat abad aku nggak makan Srikaya…manis…yup manis sekali…aku kurang begitu pintar untuk menggambarkan…buah yg menyerupai Granat itu kok enak ya ?...dan aku belum menjumpainya di daerah lain…

        Setelah berjalan beberapa kilometer.. akupun sampai, tepat,.. di depan Balai Desa Balong,…ada pertigaan disitu,…akupun membelokkan Si Hitam bututku ke kanan, .. kearah selatan…ke dusun mBalong…kampung halamanku…
        Jalan setapak Swasembada masyarakat yg berupa Semen Cor dua garis itu…membawaku hingga depan rumah Nenekku…sepi…didepan ada kotak yg yg dilekatkan di pohon,..terlihat seekor kera yg di rantai sedang asyik main PS 3,… hehehehe…di depan rumah limas itu..terlihat sebuah silinder besar dari semen..untuk tadahan air di musim hujan, dengan talang yg mengarah ke mulut Tadahan tadi dari atap rumah…

        Beberapa sangkar burung nampak tergantung di sepanjang rumah depan… ada burung Jekithet,.. ada beberapa Tekukur,.. ada burung Perkutut…tiada kicauan..sepi…hanya suara sembribit angin dari arah Pohon Petai besar di pinggir rumah…dan sesekali suara lenguhan Sapi Metal,( sapinya penganut aliran music death metal ) di tanah bekas Rumah Nenek Buyutku itu…aku melangkah menyusuri jalan setapak itu kearah ngGumuk tempat saudaraku tinggal..juga tiada suara…aaaahhh,… sepertinya semua orang pada pergi ke lading,… ngGaplek…

        Akupun masuk lewat pintu dapur,.di depan kandang..yg memang tidak pernah dikunci itu,…kubuka pintu pelan pelan…masih dapur yg sama..yg mereka gunakan setengah abad yg lalu…berlantai tanah,…Pawon,..Tungku Batu bermulut Tiga itu masih disitu,.. dan masih digunakan..sebuah kendi untuk air minum yg di sangga dengan bamboo juga ada disitu…tidak ada lantai keramik,..tidak ada Kompor Gas,… tidak ada Water Dispencer,..tidak ada Kulkas….tampah yg digantung dengan tali di Blandar dapur itu berisi Thiwul (tapioca rice)…belum terlalu dingin…berarti…belum lama mereka pergi…

      Diatas Para-para dapur… tergantung jagung jagung kering,.. Gaplek kering yg diikat dengan tali bamboo, Jawut,.. Canthel…yg sudah berwarna kelabu.. karena asap dapur…dan tepat disudut dapur, ada sebuah Genthong tempat air yg ditutup dengan Papan, lengkap dengan Siwurnya…sedangkan, di depan Tungku Batu …ada sebuah Meja kecil dan Amben ( a bed, with flattened bamboo on top ) dan di amben itu, biasanya mereka berkumpul makan,..sebuah termos buatan China yg usianya mungkin sama dengan usiaku,..ada di atas meja kecil itu..beberapa buah kaleng usang bekas susu berjajar disitu,.. sebagai tempat menyimpan Teh,..Gula Pasir,… Gula Batu dan juga Kopi…

              Perbedaan yg nyata,..mungkin hanya keberadaan Listrik…sedangkan kebutuhan air mereka,..masih sama susahnya,.. seperti Lima Puluh taun yg lalu..mencari air berkilo meter jauhnya… atau menunggu Tangki Air yg datang dan beli… subsidi memang ada… tapi jauh dari jumlah yg mereka perlukan setiap hari…masih berhadapan dengan masalah yg sama,…bila kemarau tiba..maka Air jauh lebih berharga dari seekor lembu…jika perlu… mereka membeli beberapa kaca mata Hijau untuk di pakaikan ke ternak mereka, supaya ternak mereka fikir, daunan kering itu daun yg segar dan hijau…ironis sekali….

           Berapa taun Negara kita sudah merdeka ?...cerita lama itu masih tetap berkumanadang…dan orang orang yg terhormat itu,…masih juga menjadi Maling Elite dan gembar gembor tentang kepedulian mereka terhadap rakyat, .. terhadap kawulo cilik….Kadang aku berfikir, ..ya Cuma fikiran wong cilik,..kalau Biaya yg dipakai untuk kerja Mubazir, seperti menembok keliling “ Bangsal Sewoko Projo” itu digunakan untuk itu,..tentu salah satu desa yg kekeringan air sudah mendapat Air Bersih dan “Ledeng “….tapi tentu saja, menembok Keliling Bangsal Sewoko Projo yg menjadi lambang “Kegagahan” aparat itu, jauh lebih penting….Preeeeeeeeeetttttt !!!...

            Soalnya, uang projeknya juga gede,.. jadi yg masuk kantong juga gede…urusan kesejahteraan Rakyat kan nomer lima belas. Pertanyaannya… Bukankah, menjadi keweajiban Negara ( Pemerintah ) untuk menyediakan keperluan pokok Rakyatnya ? apa lagi, ini yg namanya AIR …seharusnya Pemerintah lebih sensitive dengan soal soal seperti ini.

          Perutku terasa lapar,…akupun segera mencari piring seng yg kualasi dengan daun jati untuk menambah aroma Thiwul yg masih hangat itu…ada beberapa beberapa Peraga Gerabah (Cooking utilities, made of terracotta) diatas Pawon,..kubuka..dan ternyata, Sayur Cabe Hijau kesukaanku,…ada opor Tahu..yg masih hangat..dan di samping Chething Thiwul diatas tampah , ada belalang goreng…erm….ini mewah banget… lengkap….dan mak nyus…setelah menjamu selera….tanpa menunggu lama..akupun terkapar di bale-bale rumah depan…dengan semua pintu kayu terbuka, untuk menjaring semilir angin yg bertiup……makan sedap.. kenyang…angin semilir…apalagi ?.... hehehehe tiduuuurrrrrr………

         Hari sudah agak sore…dan angin yg bertiup terasa semakin dingin…aku membuka mataku perlahan…dan didepanku… duduk sepupuku…tersenyum..dan bertanya…” Kapan kamu sampai ? “… aku menjawab ..” Tadi…aku masuk dari dapur… makan kenyang, terus tidur….” ..masih dengan senyum..dia bilang “ Bangunlah…sudah kubuatkan teh panas…” sambil memijit mijit kakiku.

         Tanpa sadar aku segera membuka mataku dan bingkas bangun…duduk di pinggiran bale bale…sembari Loading memoryku setelah bangun tidur….sepupu iparku yg berikat kepala duduk di depan pintu memegang arit sambil mengamati burung burungnya,dengan rokok klobot yg sudah basah masih lekat menempel di ujung bibirnya…diapun tersenyum memamerkan sebagian giginya yg sudah berlobang dan agak kehitaman dilekati nekotin rokok lintingan yg sudah menahun.
         Setelah bercerita ala kadarnya,..akupun segera minta diri, pamitan untuk melanjutkan perjalananku…kususuri jalan setapak yg memotong pinggir desa lewat tepi bekas telaga yg sekarang sudah kering..menuju desa nJepitu…dan kuakhiri perjalannku hari itu…di Wedi Ombo… sebuah Pantai yg paling sering ku kunjungi ketika aku masih kecil dulu…..

        Wedi Ombo, memang sudah lain sekali di banding dulu, ketika aku masih kecil dan sering camping disana…belum merupakan sebuah pantai yg accessable pada waktu itu… bahkan,..kami seperti memiliki seluruh pantai waktu itu. Karena belum menjadi pantai yg bisa di kunjungi…karena jalannya, dan juga letaknya yg berada di bawah bukit itu…
       Aku berdiri diatas bukit memandang pantai yg berada di teluk itu…masih sepi memang,… Cuma sudah ada beberapa rumah kecil di tepi pantai…ada sebuah kedai kopi di depan tempat parkir yg dijaga oleh sepupuku itu….
          Ujung teluk yg menjorok kelaut itu Nampak seperti benteng yg melindungi pantai itu dari Laut lepas Samudera Hindia yg ganas dan berombak besar itu.
Ombak sedang besar,..angin begitu kuat meniup Kitiran dan mendengungkan Sendaren di atas bukit di sepanjang teluk selatan itu.

          Musim Tuna sepertinya sudah berlalu…terlihat beberapa Jungkung  nelayan masih keluar masuk untuk mencari ikan,..mungkin, sekarang sedang musim ikan  kerisi, kembung atau ikan selar. Terlihat dari jauh beberapa orang berderet di tepi pantai dekat teluk ,memegang joran panjang memancing ikan Cermin.
         Dengan perlahan, kuturuni tangga bukit menuju pantai. Sepi,..sunyi..hanya suara beberapa orang pemancing yg mendendangkan Megatruh sambil memegangi joran yg panjangnya tiga depa itu…

          Aku berdiri di bawah pohon Ketapang tua yg berdiri teguh di mulut jalan setapak yg sekarang di penuhi dengan kedai musiman itu. Aku bertanya pada seorang tua yg sedang memotong rumput disitu,… kenapa kedai kedai ini tidak buka ?,… dia menjawab, kedai kedai ini hanya buka, dari hari Jum’at, sampai hari minggu dan hari libur panjang… selebihnya…sepi,..seperti layaknya dusun yg ditinggal pergi penduduknya….Sunyi,..Sepi…nglangut…dan celakanya,.aku suka itu….
          Sebuah Gazebo berdiri di situ… diantara batu batu hitam besar, yg berselerak di sekitar pohon Ketapang itu. Aku duduk di batang pohon yg jatuh menjorok ke pantai…kurogoh kantongku untuk mengambil rokokku yg sudah sempat menganggur beberapa jam itu.

         Beberapa ekor kambing, Nampak sedang beristirahat di Gazebo setelah kenyang meragut dedaunan di kaki bukit. Sepertinya, mereka ikut menikmati nyanyian ombak laut yg membelah bukit bukit yg mengelilingi Pantai Wedi Ombo.
         Menurut penuturan tuan empunya kedai kopi di depan tempat parkir, ada sebuah lagi pantai tak jauh dari situ, namanya Pantai Watu Lawang, yg sekali lagi, menurut penuturan dia, akan di bangun sebuah Hotel Mewah disitu. Semoga saja, dengan kehadiran si Hotel Mewah itu, akan membawa sedikit tambahan rezeki bagi penduduk sekitar pantai, tanpa harus merusak Lingkungan. Karena, membangun Hotel atau Resort tanpa memperhatikan soal penjagaan Lingkungan Hidup, maka keindahan yg ada ,akan sia sia.

          Jangan sampai, maksudnya membangun,.. tapi malah membawa kebinasaan. Design yg bersatu dengan lingkungan alam sekitarnya,akan sangat membantu terwujudnya Harmony.. serta sistim pembuangan dari Hotel, jangan sampai,.. membawa sebarang kerusakan pada Lingkungan.

         Dengan perlahan, aku menaiki tangga , sambil sesekali menghisap rokok yg bertengger di ujung bibirku. Sesampai diatas,..aku membalikkan badanku,.. berdiri tegak,.memasukkan kedua tanganku di saku jaketku dan berkata dalam hati. “ semoga,..10 tahun kedepan,.. aku akan masih bisa menikmati Pantai ini, seperti apa adanya, tanpa ada hiruk pikuk kemajuan, yang justru ikut membawa kemusnahan pada alam dan lingkungan”. Aku menarik nafas perlahan, sambil mengeluarkan kedua tanganku dari saku jaket loakanku. Berat rasanya kaki ini untuk melangkah pergi,…seolah olah,..banyak sekali yg harus ku tinggalkan disitu. Kenangan masa kecil, tarian Lalang di bukit,..Sendaren Kitiran,…nyanyian Megatruh Nelayan tua dan sapaan Ombak Laut Selatan….

         Aku melambaikan tanganku pada Pemilik kedai kopi di depan gerbang pantai,..dia melambai sambil tersenyum memamerkan gigi emasnya yg berkilat di terpa sinar mentari sore yg mulai condong ke Barat.
        Kulewati Pekan nJepitu yg sangat kukenal itu, menuju arah timur untuk mengakhiri perjalanan Jalur Pantai Selatan di Dermaga Nelayan Sadeng.


Wonosari dan serba serbinya
( Aku,.. Ngatini, sang penjual Dhawet,… dan seekor Kakak Tua bernama Jacob )

PENDOPO SEWOKO PROJO


                 Sewaktu aku kecil,…kita Cuma menyebutnya dengan “ Pendopo “ atau “Kabupaten “, tanpa embel embel “Sewoko Projo “ , tanpa Beteng keliling, yg berkesan angker. Kita bebas bermain disitu,.. yg kebetulan juga sebagai Kantor Bupati Kepala Daerah Gunung Kidul,…yg pada waktu itu di jabat oleh KRT Djojo Diningrat.

                Tempatnya sejuk,.. karena banyak pepohonan..ada Pohon Beringin besar di depan yg sering kami panjat, ada pohon Sawo Manila, persis di kedua sisi Pendopo dan beberapa pohon asam yg besar. Dan yg paling penting,… kita bebas untuk bermain disitu, siang , sore malam, tanpa harus melapor pada Satpam. Itulah Dufan kita pada waktu kecil dulu,.. dan disitulah juga, hampir semua anak Purbasari belajar bersepeda, menyuap anak anak mereka,.. bermain tali… bola,..Udan Barat dan bila Terang Bulan, ada yg main Gobak Sodor dan juga Wil Yu…yg mungkin tidak dikenal anak anak sekarang.

              Aksesnya juga terbuka,.. bahkan bisa untuk lalu lalang dan beristirahat atau sekedar berteduh untuk melepas lelah. Dan aku masih ingat sekali,…kesannya,.. Megah sekali Pendopo itu pada waktu itu. Sore hari… banyak sekali anak anak bermain disitu, dan kadang,… kita bisa nonton pertandingan Volly Ball disitu. Bahkan untuk berbagai macam kegiatan Budaya, termasuk untuk latihan Gamelan dan latihan  Tari.
           Pada acara Tujuh Belasan,.. biasanya di waktu malam akan diadakan Pagerlaran Wayang Kulit semalam suntuk. Dan seluruh pekarangan Pendopo… di pakai untuk jualan jajanan,… dari Kupat Tahu sampai Sego Gule. Ramai sekali diwaktu waktu seperti itu…

       Itu dulu…. Sekarang ? … masyarakat sekitar sudah tidak ikut memiliki Pendopo itu…masyarakat sudah tidak punya akses lagi untuk bermain Tenis di situ…padahal, hamper semua anak anak disitu pandai bermain Tenis pada zamanku. Sekarang…hanya terbatas kepada orang orang tertentu, yg ada hubungannya dengan Pemerintah Daerah.
         Pendopo Kabupaten, sudah di tembok keliling… sangat Eksklusif…sangar dan sekaligus kehilangan Roh nya….tidak berarti apa apa…karena masyarakat sudah tidak punya rasa memiliki lagi…di sekat dari situ….berarti… Pendopo hanya Khusus untuk Aparat… Klenengan yg sering diadakan… juga hanya untuk golongan tertentu… sangat eksklusif….

        Ada kudengar kabar… konon.. Pendopo Kabupaten diusulkan sebagai Cagar Budaya,…cagar Budaya yg bagaimana ?...dan dulu juga…pernah ku dengar,… setelah  Kantor Kasbupaten dipindah di Alun Alun… maka, Pendopo akan dipakai sebagai Pusat Kegiatan Kebudayaan. Apa iya ?

           Setauku,… segala kegiatan Budaya itu tidak pernah lepas dari keterlibatan Masyarakat,… karena Budaya itu sendiri, terlahir dari Kegiatan dan kebiasaan Masyarakat dalam Kehidupan Keseharian mereka, baik dalam menjalani Kehidupan bersosial dan berkesenian. Jadi,…kalau sebuah Pusat Budaya di sulap menjadi Tempat yg Eksklusif dan Aksesnya untuk masyarakat di tutup rapat… maka… itu sama aja Bohong.
        Beberaspa bulan yg lalu, sengaja.. aku masuk ke Kompleks “ Pendopo Sewoko Projo “,..kulihat ada beberapa penambahan dari Bangunan Joglo asalnya… ada “Skirting di plang tepi joglo, yg kesannya justru seperti memaksakan Design…kesannya… Wagu…uelek… dan di sebelah dalam… tiba tiba ada Dinding “Gebyok “ mahal berukir dan berwarna kayu…tapi,.. yg menjadi kemusykilan dari penambahan itu,… kenapa…Warna Dasar dari Pendopo itu tetap Hijau… sedangkan,.. Gebyoknya warna kayu…. Jadi…yaaaaah… memang nyepetin mata….Maksudnya baik… ditambah Gebyok… tapi kenapa nggak di sesuaikan warnanya ?... misalnya… kalau Tiang Joglonya Hijau… ya gebyoknya di sesuaikan…di cat dengan Prada Hijau,.. atau… tiang Joglo dan warna dasar pendoponya yg disesuaikan….yg penting… nggak menyakitkan mata….
        Sebetulnya… Pendopo itu untuk siapa ?... Rakyat,…atau Aparat ? …semoga ada yg bisa menjawab pertanyaan ini….kenapa harus di beteng ? ( membeteng perlu biaya yg banyak,.. dan itu proyek…biasalah… ).


            TERMINAL BIS WONOSARI 

          Siang itu,..cukup terik dan panasnya agak nylekit…nylekit..karena aku hanya memakai Kaos Oblongku yg dibeberapa tempat sudah bolong…Nylekit karena Matahari bertengger tepat diatas kepalaku,… nylekit.. karena aku kehabisan Bensin motor dan harus ndorong,… nylekit… karena di situ tidak ada pohon untuk berteduh,… dan lebih nylekit lagi… melihat Sebuah Bangunan Terminal yg sudah jadi,… tapi sepertinya akan segera berubah jadi Puing puing yg berserakan tanpa Prasasti.

       Aku duduk diatas jok motorku yg kehabisan bensin, tepat di depan Terminal Baru Wonosari. Kelihatan Bangunan Fisiknya sudah rampung. Beberapa Pot besar sudah bertengger disitu, walaupun tanaman di atas Pot itu sudah Kering. Rambu rambu untuk keperluan keluar masuknya kendaraan, juga sudah ada… gardu Loket Karcis restribusi juga sudah ada…. Nah… pertanyaannya ? kapan Terminal Baru ini akan di Gunakan ?... ada masalah apa ?... siapa yg bertanggung jawab untuk urusan ini ? Pemda ? dinas Perhubungan ? Kontraktor ? Mbah Suro Kenthong ?... nunggu apa lagi ?....
       Ring Road sudah dibangun.. dengan nama jalan, Bupati Bupati yg pernah memimpin Gunung Kidul. Jalur Bus juga sudah dirubah, menyesuaikan dengan keberadaan Sang Terminal Baru yg megah itu….sayaaaangggg……

         Kuhirup es dawet untuk sedikit menghilangkan kenylekitan di tenggorokanku…sambil mendengarkan penuturan Ngatini si penjual Dawet, yg bedaknya setebal 3 mili itu. Katanya… dia sudah berjualan disitu tidak kurang dari 2 tahun… dengan pengharapan,… kalau terminal di buka…dia bisa kebagian rezeki dengan menjual dawet… atau  bahkan berangan untuk buka warung permanen disitu… tapi sekarang ,.. dia hanya mengharapkan jualannya di beli oleh orang orang yg Stop By seperti aku….

        Terminal megah itu… akhirnya hanya menjadi tempat istirahat kambing disiang hari untuk berteduh.

       Selamat Pagi Jacob….

            Sapaan yg yg manis keluar dari paruh Kakak Tua ku yg sudah cukup tua, bernama Jacob…”Selamat Pagi “, itu katanya.. sewaktu dia melihat aku keluar pintu belakang…sehabis itu.. dia ketawa sendiri… hahahahahahaha…. Yup… burung itu bisa ketawa seperti Manusia…dan sapaannya itu kedengaran tulus….dia mulai mengangguk ngangguk… sambil menyantap Bakwan kesukaannya….
        Aku duduk di depan Gazebo Bambu belakang rumah dengan secangkir kopi panas,..sebatang rokok… dan sapaan selamat pagi dari Jacob,.. si kakak tua putih berjambul kuning itu….kusruput Kopiku sambil mengucap syukur…thank God for whatever it is…that’s what life is all about…..
       Aaaaaaaah…. Sebuah pagi yg indah…..

From Lombok with love


by Erick Monk Ozta on Thursday, November 3, 2011 at 5:01am
 
                           Setahun yg lalu,..aku singgah di Lombok International Airport yg belum jadi…secara fisik, sudah jadi..tapi disana sini masih perlu pembenahan,..aku Memotret dari sisi Taxi Way, ke Runway dan masuk kedalam di Luggage conveyor system yg masih berbungkus plastic,..dan check in counter yg juga masih berbungkus plastic.

            Jalan di sepanjang jalur menuju airport, baru sampai tahap penggalian,..dikiri kanan masih terlihat sawah dan tanaman tembakau yg siap panen, dan Cidomo masih hilir mudik disitu.
          Lombok tengah akan punya International Airport, akan mempunyai jalan yg cukup besar,…dengan harapan,…akan lebih rame dan lahan usaha baru bisa segera di Mulai.

         Hari ini, 13 Oktober 2011, aku harus ke NTB lagi…untuk beberapa urusan yg harus di selesaikan. Begitu masuk ke pesawat Garuda Boeing 737,…aku segera tidur…pulas…karena malam tadi… aku harus menyiapkan beberapa laporan, sebelum ku tinggal pergi.

         Pilot mengumumkan melalui speaker pesawat dengan Bahasa Inggris yg jawanya medok banget,…bahwa kita akan segera mendarat di Bandara International Lombok…tapi dia tidak menyebutkan Selaparang…ku lihat beberapa Pramugari yg sebaya kakak sulungku itu juga kelihatan sibuk, tapi aku tidak begitu memperhatikan omongannya yg kurang begitu jelas dan berkesan agak diseret itu.

       Sebelum mendarat, pesawat berputar putar untuk mengambil awalan mendarat,… di bawah sana,.. terlihat sebuah Dam Bendungan yg airnya mulai menyusut kering….

      Begitu mendarat,…ternyata,.. kami mendarat di Airport yg yg baru,.. yg taun lalu ku potret…keadaan disana sini masih belum 100 % bersih dan tertata rapi, seperti layaknya sebuah International airport. Tapi ini Indonesia,…istilah International itu seolah hanya sebuah status yg kosong. International itu diartikan bahwa, airport itu sekarang melayani penerbangan langsung dari luar Negri.Hanya itu. Sedangkan attitude dan aturan sebuah International airport, memang belum tercium baunya sama sekali.

        Masih belum banyak pesawat yg mendarat hari itu,…luggage juga cepat kuambil,.. ku naikkan diatas trolley dan bergegas keluar dari terminal…
         Begitu keluar dari terminal…aku terkejut setengah mati….di Lobby International airport…. Keadaannya kotor sekali…lantainya penuh dengan debu dan bekas tapak kaki,… bahkan bekas tapak kaki sapi masih jelas kelihatan di depan Money Changer Counter disitu. Ramai sekali di lobby. Di penuhi orang orang dari sekitar Airport yg memanfaatkan Lobby airport sebagai tempat Picnic yg baru, di daerah mereka…ada yg menggelar tikar dengan beberapa botol Aqua bertengger,..Termos nasi dan bekas piring kotor serta asbak dari bekas bungkus rokok melengkapi pemandangan disitu.

           Ada beberapa kelompok, dari yg memenuhi kaki tangga,…dekat pilar pilar,.. sampai emperan Counter Counter Hotel dan Counter Jasa Wisata di sebelah kiri Lobby juga dimanfaatin untuk kegiatan Picnic itu…sama seperti sewaktu aku baru keluar dari terminal,..di tempat tunggu begitu banyak di penuhi anak anak kecil dan orang tua…seperti sedang menyambut kedatangan kami saat itu….

         Begitu keluar dari Lobby airport yg kotor itu,.. kelihatan sebuah Bis besar dengan tulisan Airport – Senggigi…segera ku berhentikan , dan jump on the bus…yg berhawa dingin sekali….wow… this is great… I don’t have to take a cab from the airport…dan tentu kalau pakai taxi,.. akan mahal sekali.. mengingat waktu tempuh dari Lombok tengah ke Senggigi sekitar 1 setengah jam.

          Bus pun berjalan pelan pelan memutar,.. dan terlihat disana sini.. beberaspa pohon palem yg di tanam di depan Terminal.. masih dalam keadaan di ikat daunnya… dan di area parker,.. pohonnya juga masih kecil kecil…gersang… kering… dan panas sekali….sekelompok orang namapak berjalan beriringan sembari menutup kepala mereka dengan kain yg melekat di badannya, menahan sengatan Matahari yg memang panas sekali.

         Begitu bus keluar dari Gate airport yg terlalu sempit untuk Bus segede itu…sudah terlihat keramaian di kiri kanan jalan,…ada yg jualan minuman, jagung bakar dan segala macam aneka makanan,..di pinggir pagar airport  tepat di simpang masuk airport dari jalan besar yg masih baru itu. Bahkan di sepanjang pagar airport itu di penuhi penduduk yg ingin melihat Kapal Terbang yg Landing dan Take Off.

      Persis di persimpangan jalan itu, juga terlihat Gambar SBY dan Bu Ani besar sekali… dengan tulisan,.. selamat datang Bapak Presiden beserta rombongan… kira kira begitulah bunyinya…oooohhhh…ternyata, airport ini segera di buka, karena Pak Beye mau datang toh ?.yo wis aku dong saiki..

        Nampak di setiap simpang, beberapa anggota Polisi Nampak berjaga jaga,..sambil mungkin latihan Siaga untuk mengantisipasi kedatangan Sang Pemimpin Negeri ini.
        Perlahan,.. tapi pasti…sang mentari mulai meredup memedarkan semburat jingga di ufuk barat…menggamit sang malam yg segera hadir di singgasana Gulita.

             Bus yg kutumpangi dengan ongkos 25 ribu itu, mulai masuk Kota Mataram…melewati Bandara Lama Selaparang…menuju Senggigi, destinasi yg akan ku tuju hari itu…
        Begitu meninggalkan daerah Airport lama… penumpang tinggal dua orang..diriku yg imut ini.. dan seorang Polisi Muda yg masih berseragam lengkap, mendekap jaket kulitnya mengusir rasa sejuk Air Condition Bus yg masih baru itu.

        Dia banyak bercerita tentang repotnya bertugas di Airport Baru yg jaraknya sangat jauh dari tempat kostnya sekarang ini. Dia juga bercerita tentang persiapan penyambutan Kepala Negara yg akan meresmikan Bandara International Lombok ini nanti tanggal 19 Oktober.

      Tak lama… Polisi muda itupun turun… dan aku satu satunya penumpang di Bus yg bisa memuat 42 orang itu, dengan tujuan senggigi.
      Lima belas menit kemudian… sopir Bus bertanya kepadaku, akan berhenti dimanakah diriku, … dengan bahasa Indonesia yg Medok Sasak itu…akupun menjawab.. turunkan aku di depan Santosa Resort…
      Bus pun berhenti tepat di depan Santosa Resort Senggigi, tempat dimana aku akan menginap selama seminggu disitu.
      Sesampai di Lobby Santosa, akupun segera check in dan mendapat kunci …seorang staff Hotel membantu aku membawa luggage dan menunjukkan letak kamar yg sebetulnya aku sudah tau. Karena taun lalu, aku juga menginap disitu seminggu dan tinggal di kamar sebelahnya.
          
   SENGGIGI OH SENGGIGI

           Setelah mandi dan mengatur pakain, akupun keluar untuk makan di warung yg nggak begitu jauh dari Hotel.
Malam itu, Senggigi agak ramai, .. kedengaran disana sini suara Sound system dari beberapa Café yg berderet memenuhi Senggigi menampilkan Live Band.
         Aku berjalan ke arah kiri dari hotel… kira kira 200 meter dari situ,… ada Café tenda “Cak Poer”, akupun memesan makananku dan Teh Botol dingin. .. Terlihat di daftar makanannya, ada Fish and Chips, ada beef burger,.. ada sweet and sour Garoupa, ada drunken prown…ada bebek njengking,..fillet Red snapper,…fried chicken ,.squid fritters , dan masih banyak lagi jenis jenis makanan dan Seafood.
         Sebuah tenda yg sangat sederhana… Cuma mungkin ukurannya agak lebih besar di banding warung tenda biasa,..dan yg pasti,.. mereka sudah beradaptasi dengan makanan “Bule”, terlihat dari daftar Makanannya, yg menyediakan santapan untuk Bule. Cukup impressive, dengan settingan yg sangat sederhana..dan makanannya juga lumayan enak..

     Sengaja aku memesan Bebek Njengking…bumbunya terasa,..empuk… dan harganya dengan nasi dan the botol pas 18 ribu rupiah…aku masih mampu untuk membayarnya…jika tentu saja di banding dengan masakan Hotel… nasi Goreng dengan rasa simpang siur yg harganya 75 ribu…bisa mati berdiri aku , sewaktu giliran membayar. Apa tidak.. 75 ribu itu,.. uang makanku seminggu.

      Jam menunjukkan pukul 23.45 malam… waktu Indonesia Bagian Tengah,..aku berjalan pelan pelan diantara Café café yg bertebaran,…dengan Live Band yg rancak memainkan jenis music yg berbeda… satu group dengan dandanan rambut gimbal..namapak cool, memainkan beberapa nomernya Bob Marley,.. seperti Buffalo soldier dan no Women no cry…manis.. relax…sementara itu..

                Dari sudut lain,.. terdengar Hotel California nya Eagles…dan tepat di belakangku,.. group setengah mateng ( need more intensive practice...badly )… mencoba mati matian dan keponthal ponthal untuk memainkan Sultan of swing nya Dire Strait…ya.. hiburan… dunia yg sudah kutinggalkan lebih setahun…walaupun dalam hati kecilku,..ingin rasanya aku naik ke pentas mereka dan meneriakkan beberapa buah lagu…tapi aku ingat… aku masih dalam posisi bertapa… jadi…ya aku Cuma lewat,.. lihat dan mendengarkan.. dari jauh… Cuma itu….

         Aku singgah di Mini market.. yg kebetulan buka sampai larut malam.. persis di sebelah Money Changer yg sepertinya 24 jam itu….beli Kopi mix,..dan Listerin…rokok..er.. apa lagi ya…oh ya…Malibu Sun Block yg 30…untuk melindungi kulit hitam manisku dari sengatan mentari…supaya aku tetap imut sepanjang hari…

        Sampai di Hotel,.. segera aku hidupkan TV dan memilih TV One… karena TV cablenya juga acaranya sepertinya sudah kutonton semua….acaranya :… Jakarta Lawyer’s Club… discusi politik, diskusi persepsi,.. diskusi tentang kasus dan diskusi tentang para pentolan yg menjalankan Negeri ini. Hangat,..lugas. walaupun masih ada tembok tembok tertentu yg belum mereka seberangi. Dari beberapa peserta diskusi yg Nota Bene adalah juga Pentolan pentolan DPR, Partai dan Birokrat Negara ini,…terdengar sentilan sentilan…terdengar fakta fakta baru,.. hujah yg kadang memanaskan telinga,… tapi juga masih terlihat kehati hatian mereka dalam menanggapi sesuatu Issue yg sedang hangat dan menjadi Hot News di beberapa media massa.

     Walaupun diskusi kedengaran dan Nampak begitu hangat dan bahkan saling menyerang antar beberapa instansi terkait,… tapi masih dalam level.. sekedar saling menyerang…belum ada…kuulangi… belum ada terdengar satu SOLUSI yg terhasil dari diskusi, yg di bilang paling bergengsi di Negeri ini itu.

    Selama ini,.. mungkin hanya sekedar mengemukakan Topik yg sedang hangat di beritakan,.. mengundang sejumlah tokoh yg terkait,..dan sejumlah tokoh yg kritisi,… berbincang…,saling mengemukakan pendapat,.. saling debat dan mempertahankan pendapat…rame memang… tapi sekali lagi… belum ada titik SOLUSI yg dihasilkan disitu…yaaaah… porsinya kan masih tetep Infoteinment…jadi sekedar tontonan yg agak berbobot…itu saja… jangan diharapkan untuk lebih dari itu……

         Aku terlelap sekejap…mungkin karena terlalu letih…jadi ceritanya… si TV yg menonton aku tidur…
        Tiba tiba…aku dikejutkan dengan suara..gegaran yg kuat sekali… dari Kotak TV Hotel…persis seperti Gegaran gempa Tadi pagi sewaktu sedang mandi di rumah di Bali,… sebelum berangkat ke Lombok. Kuat sekali gegaran… aku bingkas bangun dan berlari kearah pintu…membuka pintu dan memperhatikan sekelilingku… sepi… nggak ada gempa… nggak ada orang keluar dari kamar hotel…dan gegaran kotak TV pun berhenti…..aku menutup pintu dan kembali merebahkan badanku untuk tidur…tapi belum ada satu menit aku baring…gegaran itu kembali hadir dengan lebih kuat….

         Aku kembali bangun… dan mendekati kotak TV…aku Cuma bilang “ aku hanya mau menumpang tidur disini, aku tidak bermaksud mengganggu kamu “…. Tiba tiba…. Mak pet….lampu padam… tapi gegaran sudah tidak ada… setelah satu menit….lampu kembali hidup dan TV kembali menyala dan bersuara… dan sampai aku bangun di pagi harinya… gegaran itu sudah tidak hadir lagi…
         Paginya aku baru sadar,.. bahwa tadi malam ternyata, malam Jum’at Kliwon…yg kuanggap sama seperti malam malam yg lain….mungkin aku di tegur sama penghuni kamar… karena aku nggak kulo nuwun…hehehehehe.
         Pagi yg cerah…bangun seger…,kubuka pintu Balcony…yg menghadap ke pantai dan di pagari pepohonan yg rindang…beberapa ekor burung Nampak sedang bercanda…sambil bersiul agak fales…debur ombak dan suara suara orang yg mulai beraktifitas sudah mulai kedengaran….selamat pagi Santosa….selamat pagi Senggigi….
        Segera ku seduh kopi,… rokok sebatang..menyambar Koran di Pintu dan masuk ke kamar mandi….jam menunjukkan pukul 7.05 pagi….

Makhluk makhluk manis bernama Receptionist….

           Setelah mandi,..akupun bergerak menuju Coffee house untuk sarapan pagi…begitu melewati Lobby,..aku disapa dengan manis oleh ke dua Makhluk manis bernama Receptionist…. “ Ohayo Gozaimasu “…itu sapaan mereka dan aku jawab “ Selamat Pagi “… mereka kaget…karena difikirnya aku orang Jepang.. ( segosong ini ? )… mungkin mereka Cuma tau, bahwa Nomer kamarku.. merupakan salah satu nomer kamar yg di Booking oleh Group dari Jepang…jadi mereka menyapaku dengan bahasa Jepang…

          Begitu mereka tau aku menjawab pakai Bhs Indonesia…mereka terus tersenyum dan bilang… “ maaf pak.. tadi saya juga ragu… kok orang Jepangnya Hitam ? “… hehehehehe aku tau aku Hitam…ada yg  lupa mereka bilang.. tadi.. mereka lupa menyebutkan kata kata “ Manis “ di belakang kata Hitam itu…. ( Lebay.com )….

        Dua orang receptionist,.. yg satu Putih..berponi, namanya Melinda Mailangke…bentuk badannya keren…depan belakang.. superb…senyumnya ada lesung pipit…tingginya sekitar 167 cm…betisnya cantik..mulus,.. nggak ada bekas uang recehan logam di kakinya… mulus…ayu…Menado….
        Yang kedua,… hitam manis,.. rambut sebahu…depan belakang… suuuupeeerrrbbb….betis kaki bunting padi…dan kebetulan juga ada lesung pipit dan gigi taring ( Gingsul )….muaniisss… niisssss… tuenan….tingginya sekitar 165 cm,..namanya  Ni Ida Ayu Wati,…orang Bali asli…berasal dari Negara…Bali bagian Barat…

         Si Hitam manis menegur aku,.. “ Mau Breakfast ya pak ? “,.. pertanyaan yg sebetulnya Cuma sekedar basa basi….aku jawab “ iya “…dan dia kembali bertanya: …”di 1202 ya pak ?”..” iya “ tukasku…dia menyambung,..” errr…aman aman saja kan pak tadi malem ? “…katanya…  ..aku kembali bertanya.. : “ Emang kenapa ? .. “.. aku lihat mereka saling berpandangan… dan beberapa orang staff yg sedang mengangkat koper tamu juga tersenyum…” ah enggak kok pak… Cuma nanya aja kok.. “… aku masih dengan penasaran, kembali bertanya,… “ Emang pernah ada kejadian apa ya ?,… soalnya tadi malem aku juga di ganggu sih,… “.. kembali si Hitam Manis bertanya…: “ Showernya nyala sendiri ya pak ? …atau.. selimutnya di tarik tarik ? “…aku jawab : “ kali ini, modus operandinya lain kok… tapi juga tetep gangguan sih…”..” Oohhh. Maaf pak,..kemarin bener bener nggak ada kamar yg lain,… tapi kalau mulai hari ini Bapak mau pindah kamar, kita akan segera siapkan kok “… akupun menjawab : “.. aaaah… nggak perlu kok,… kami sudah saling berkenalan kok “… akupun berlalu pergi ke Café Nusantara untuk Breakfast…

         Memang mereka patut berada di depan…tamu seganas manapun, sepertinya bisa luluh dengan hanya senyuman mereka yg membuat keblinger… mereka memang makhluk makhluk manist,.. dan mereka menjalankan tugas mereka dengan sangat baik…

        Saat aku kembali dari breakfast dan melewati mereka,… si Menado bertanya : “ Groupnya datang sore ini ya mas ? “….eh dia panggil aku Mas… bukan Pak…akupun dengan semangat menjawab : “ Iya Mel…sepertinya Flight sore dari Denpasar.. “..sambil cemberut dia bilang : “ Jangan panggil Mel dong mas… panggil aja Nda… ya ““ Okelah kalau begitu nDa “.. tukasku sembari berlalu sambil memperhatikan lesung pipitnya dan dia menjeb “ Ueekk, lebay.. “ ke arahku….belum jauh aku berjalan,.. dia memanggil : “ Mas,… oleh olehnya ya… “ aku Cuma senyum….walaupun dalam hati,… aku bilang… gunungpun akan aku belikan untukmu Nda…. ( pulsa aja ngutang….mau beli gunung lagi… Dasar kere… ).

 Pak Beye,..Airport dan Riweh pisan atuh…..


           Sore itu,..aku kembali ke Airport dengan membawa sebuah Bus besar yg di sewa untuk mengangkut temen temen dari Jepang yg jumlahnya 23 orang itu…sesampainya di Airport… keadaan begitu Huru hara… macet…dan sepertinya tidak terkendali…kendaraan Aparat begitu simpang siur…kitapun berhenti kira kira sejauh 300 meter sebelum Lobby,..ada seorang Polisi Lalulintas yg menahan arus lalu lintas tepat di depan Lobby airport…beberapa orang menggendong luggage mereka dengan perasaan kesal, karena beban yg berat.. harus berjalan sejauh 300 meter, dan takut ketinggalan pesawat yg akan mereka tumpangi.

           Akupun turun dari mobil diikuti sopir Bus di belakangku… segera aku hampiri Polisi Lalu lintas tadi dan bertanya,.. :” kenapa arus lalu lintasnya di tahan disini pak ?... semua orang mau check in dan menjemput tamu…coba lihat kesana,.. ibu ibu menggendong tasnya… berlari kecil karena takut ketinggalan pesawat “… kataku,.. “ Ooooh maaf pak, kebetulan ini lagi ada Gladi Resik menyambut kedatangan pak SBY,.. jadi saya harus menahan lalu lintas disini untuk member lauluan para Pembesar yg sedang gladi resik untuk menyambut Presiden “… dengan kesal,.. aku menjawab :”.. pak…. Kalau mau Gladi Resik jangan jam segini… ini kan orang meu pergi.. mau menjemput tamu…kan bisa nanti malam gladi resiknya… ini kan Airport Umum… bukan Airportnya pak SBY…” jawabku “ Buka pak.. kalau enggak semua orang akan turun dan protes…kalau mau ,…. pakai aja Airport lama.. jadi nggak nyusahin orang“… seorang ibu dengan muka marah nyeletuk : “ aduuuh… riweh Pisan atuh SBY “…dengan mangkel akupun segera pergi… akhirnya dibuka juga jalannya untuk umum… Ya.. logikanya kemana ?... itu kan  Airport Umum… turis juga banyak… nah yg di dahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan Permimpinnya ?... duuuh… reseeeeeeehhh….

          Kedatangan pembesar,.. kok malah menyusahkan rakyat… koordinasinya juga amburadul…semua sepertinya mau saling cari muka….sama persis seperti jaman Orde Baru….mentalitas penjilat itu belum juga hilang dari bednak aparat aparat itu.Menyedihkan sekali. Kunjungan ya kunjungan… tapi jangan sampai menyusahkan rakyat lah pak….yg sewajarnya saja….nggak usah berlebihan banget…dating… disambut… dan diantar pergi… as simple as that…kebanyakan Protokoler yg menghabiskan biaya dan waktu….

To be continued
Pantai Kuta… Cidomo…dan Prosesi bernama Kecimol…

Journey : Beberapa kerat tulisan..aku sendiri nggak tau.. mau ku kategorikan sebagai apa ?... itu terserah anda semua...

Jangan jangan kalian lupa                      Mudbay 12 january 92 

Keheningan ini , bukan yg ku mau…
Kehadiranmu yg ku tunggu…
Tapi penantian itu yg membuatku bisu…
Gelisah, sepertinya telah hadir memelukku…

Dering telfon yg kuharap, tak kunjung bunyi juga…
Bahkan langit diluar,.. telah berubah menjadi jingga…
Atau barangkali…kamu semua lupa..
Bahwa kita berjanji untuk mancing bersama…


Kai Tak                                                    Hong Kong 12 December  1987



Kai Tak,.. bukan nama seekor cicak…
Tidak juga terbuat dari kotak…ataupun pakai bedak..
Tapi kalau kita dekat…telinga bisa menjadi pekak…
Saat mau mendarat…jantungku kuat berdetak…
Diantara pencakar langit,.. kami menyeruak…
Hanya untuk mendarat di Kai Tak….
Kalau Pilotnya gak pinter,… semua orang mati katak…
Dasar….. yg buat Airport nggak punya otak….


Sketsa 1                                  Shibuya 1 December 1994 



“ Jam 12.15 ,…Bauran manusia seperti cendol yg di kitar…
Aku hanya berdiri di situ, di simpang itu…tanpa bergerak…tanpa kata…
Sepertinya aku menikmati pemandangan itu…
Waktu,.. mungkin itu yg sedang mereka kejar…
Dan aku….tersenyum simpul mengulum sebatang rokok yg belum sempat kubakar..
Haruskah mereka bergerak secepat itu hanya untuk sesuap nasi ?...
Budaya … kadang menampilkan sebuah fenomena….
Yg kadang sulit untuk kita mengerti….susah untuk kita fahami….”

Jalanan mulai basah,…disapa gerimis siang ….
Tepat didepanku,..sekuntum bokong bergoyang sensual,..merangsang…
Berjalan cepat untuk sampai di seberang…menghindari hujan yg datang…
Perempuan muda bermata sayu itu,.. sudah pasti berbangsa Jepang…
Sepatu tinggi,.. memakai baju yg berenda agak jarang…berambut perang…memegang payung, menenteng keranjang…Berjalan laju meninggalkan simpang….

Kacamatanya setebal pantat botol….
Berjaket hitam,.. memeluk tas.. tanpa payung dan kelihatan konyol…
Aku tau… didalam hatinya.. dia merasa dongkol….
Hujan ,.. tanpa di undang tiba tiba nongol….
Hanya gara gara…titipan tetangga untuk beli sepotong ikan tongkol….


Marcelina Hon Jun Jun…..                              Klang Bus Stand, KL  1993


Klang Bus Stand … mulai lengang…mulai jarang penumpang..
Aku duduk di bawah Angsana tua di depan loket , berkipas Koran bekas….
Kubuka kancing bajuku,.. mengharap angin …agar dadaku lebih lapang
Leherku mulai basah dengan peluh … mendung sore terasa sangat panas…

Aku masih menunggumu….disini…di tempat ini…sesuai janji…
Sambil membayangkan…pagutan ganas bibirmu malam tadi….
Agar tak begitu terasa,.. gerah yg singgah di senja ini…
Mungkin hanya senyummu  yg mampu menyejukkan gerah di dalam hati….

Sosok yg kutunggu akhirnya hadir….tepat di depan mataku…
Kedua tangannya memegang pipiku sambil cemberut…
Jalanan macet…yg melambatkannya sampai padaku…
Sambil tersenyum…bahunya yg mulus kuraba dengan lembut …
Meninggalkan Klang Bus Stand untuk segera berlalu….

“ Ngo Choong Yie Ley “                                                  Kowloon 2 February 1995


Kutatapi wajah itu tanpa berkedip sedetikpun….
Pendaran sinar matahari sore..membias di sudut matanya yg sipit…
Sepertinya… tiada letih aku menelusuri setiap inci wajah yg berlesung pipit itu…
Senyum itu..gigi gingsul itu…dan belahan dagu itu….seolah hanya wajah itu…
Yg ingin kupandang setiap hari……

Asap dari cangkir kopi yg dipegangnya…meliuk liuk.. seperti sengaja menirukan dia yg sedang berjalan meliuk menuju kearahku …..
Aroma kopi dan sisa parfumnya seolah menyatu… memanjakanku.. saat itu…
Aku tak kuasa menolak,..saat dia duduk di riba dan merebahkan wajahnya di dadaku sambil menguap panjang dan menggerutu, ketika bangun tiada aku disitu.
Beberapa saat kemudian…jemariku sudah menari di wajah dan rambutnya yg lurus… panjang … seperti sutra dari Smyrna….halus, sexy dan manja…

Angin Kowloon bertiup lembut…seolah mencegahku untuk beranjak dari situ…
Sejuk…sesejuk rintih bisikan mulut mungilnya di telingaku..” Ley heisan cho ah ? “
Dengan mata sayu saat dia baru terjaga di senja itu, di balcony Villa lereng bukit…
Dan aku hanya menjawab dengan sebuah kecupan kecil di bibirnya...
Tangan kiriku masih erat merengkuh badannya yg meringkuk di dekapanku…
Sementara,… jemariku masih lincah menari diantara relung wajahnya….
Wajah yg sangat kukenali itu… wajah yg selalu memanjakanku …

Mentari sorepun beranjak … perlahan… tapi pasti…
Gelap malam sudahpun merambah..di tepian petang yg panjang…
Genggaman tangannya semakin erat terasa di jemariku….
Seolah tak akan pernah rela melepaskanku…..

Kubenamkan wajahku di sela rambutnya sambil menghela nafas yg panjang…
Sambil membayangkan hari hari yg telah kulalui bersamanya….
Masih segar rasanya…bau sayuran yg baru dipetik di pematang….
Suara tawa orang laut dari deretan  “Jung” yg bersandar di dermaga….
Tawa kecilnya,..ketika aku berlari sambil menggendongnya menyusuri jalan setapak …..
Dan dentingan mangkok porselin yg membangunkanku di setiap pagi…
Akankah kulupakan itu semua nanti ?
Yang pasti,…aaah… takut aku untuk sekedar membayangkannya….
Mey Mey… “Ngo Choong Yie Ley “..

LONDON  or LONDO “N” …….                                                       London, summer ‘97


Trafalgar Square …it’s impossible for me to find a bowl of  “Sop Cheker” over there..
Seem like all the people do not really care…
For some information I need that they don’t wanna share…
That’s my own problems which unfortunately I have to bear…

Piccadilly Circus ,..gotta grasp a bottle of soda first…
Just to quince my deadly terrible thirst,..for the whole day keep on throwing some Pounds off my purse…
That makes my bank account getting worse and worse….

Hop in the Victoria Station…just to get some confirmation…
To move on some different directions…For I can feel a little confusion …
Though all the passengers have no more patients…
The answer is still far from giving some satisfaction…..

Balada Muara Tua                                                   Kertih, Trengganu…’92

Perahu kecil itu nampak terseok seok memasuki muara…
Lengan lengan kekar dan legam berkilat…mengawalnya ketepian…
Sekejap lagi… air laut dah nak surut….Pak Alang pun merapat dan bertambat….

Kedai “Pok Sey “ mualai rame…bujang terlajak banyak yg melepak…
Kopi segelas…semalam suntuk mereka berborak…
Hanya untuk sekedar,.. dapat sedekah senyum “ Mek Sie “..yg berparas agak norak…

Pohon Ru dan Pohon Ketapang seolah saling meningkah..di tiup angin masin samudra…
“ Mak Limah “ ,si istri nelayan ,.sibuk mengemas ”Tenggiri jeruk” yg dia sidai sejak pagi….
Nelayan tua mengisap rokok daun nipah,..berikat kain batik di kepala…
Menunggu langsai , lelang petang di tepi jetty…

Lentera minyak berkedip di surau kecil tepi sungai…
Anak nelayan berbondong riuh pergi mengaji….
Bila dewasa ,..bercerai berai pergi ke kota…
Mengadu nasib , ingin menjadi kaya….

“Kamastura “                                     Subang Jaya SS 15, KL, ‘93

Kenapa,…wajah itu tak mau juga pergi dari anganku..
Sedangkan..mata ini sudah lama terpejam…
Mungkin…aku berharap akan hadirmu di mimpiku…
Meski ku tau…itu hanya semu….

Nama itu,.. yg selalu memetik dan menggetarkan dawai dawai di hatiku…
Tatapan itu…yg membuatku tak perduli dengan yg lain…
Dan kecupan itu…yg membuatku kecanduan…..
Meski ku pasti,.. malam ini kau sepenuhnya milikku….

Ku kais setiap jengkal cinta yg kau bawa….
Kuteguk rakus..tanpa ada yg tersisa..
Tak kuingkari…bingkai malam semakin sirna…
Mengantar kami…tertidur pulas…dan terlena….
Disaat mentari tinggi…aku hanya kan terjaga….
Dengan usapan lembut,.. gemulai tangannya…..


Just Jazz 1….


                    Michaerl Franks sepertinya agak pilu…setelah dia mendengarkan lagu si AntonioCarlos Jobim…
Sementara David Sanborn dan Groovere Washington Jr…masih kelihatan sakti dan belum kehabisan nafas mengikuti hentakan irama yg di gegar Steve Gadd, Harvey Mason dan Dave Weckl .

Ralph Mc Donald dan Paulino Dacosta...menggatalkan telinga dengan ritmik ritmik nakal perkusi mereka…yg berbaur dengan gelitikan Timbales Tito Puente

             Larry Carlton cengar cengir datang terlambat menenteng Stratocaster tuanya,…sementara itu..Eric Gale dan Lee Ritenour  masih asyik maun catur diatas Sub Woover sambil melambaikan tangannya…

           Di sudut yg lain,..Chuck Mangione dan Louis Armstrong sedang bertengkar soal Kucing tetangga..yg suka mencuri Sausage mereka….sambil diperhatikan oleh John Patitucci  dan Marcus Miller yg berdiri di dekat pantry menyeduh kopi Kapal Api sambil tersenyum…

      Di meja makan belakang studio..Phil Perry, Al Jerreau , George Benson dan Chaka Khan sedang berlomba makan Ubi Rebus yg dicampur dengan Mayonnaise, mustard dan chili sauce pedas…yg disediakan oleh Chef Quincy Jones.. yg dibantu oleh anak anak Manhattan Transfer…yg sebagian sedang membersihkan Pigura photo Dinah Washington dan Duke Ellington yg mulai berdebu…

Di ruang Vocal,..Dave Grusin, Bob James dan  Joe Sample kelihatan pulas tidur sambil memeluk Fender Rhodes …telinga mereka digelitik pakai bulu ayam oleh George Duke dan Zawinul yg sedang usil…

         Suara dentingan Jug dari dapur di belakang Studio… datang dari tangan Diana Kraal yg sedang mengaduk Lemonade yg disiapkan untuk Norah Jones yg nongkrong di Pool Side bersandar di kursi malas sambil baca Buku Resep Masak menikmati pijatan lembut tangan Jaco Pastorious ….selembut tangan Stanley Clark yg sedang membalik daging Steak di depan Grill…

              Di luar studio,..Eric Marienthal, Frank Gambale dan Chick Armando Corea… sedang main Basket setengah lapangan…tiba tiba di semprot air anggota Yellow Jacket yg sedang sibuk mencuci sepeda motor di halaman Studio….


Bersambung………….( Akan selalu kutambah...karena sebagian besar masih dalam bentuk tulisan tangan...jadi harus mindahin ke PC... ).. ini hanya tulisan...setiap perjalanan... pasti aku punya tulisannya.. apapun bentuknya.. ini hanya sebuah tulisan ).